digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan salah satu perusahaan yang memberikan layanan jasa pengujian perangkat telekomunikasi. Pengujian dilakukan pada empat laboratorium, salah satunya adalah Lab. Energi, dengan tipe pengujian Quality Assurance (QA), yaitu pengujian yang dilakukan berdasarkan Spesifikasi Telekomunikasi (STEL) yang dikeluarkan oleh PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Untuk tetap dapat bersaing, perusahaan harus menentukan berbagai strategi, salah satunya adalah estimasi biaya yang akurat. Sehubungan dengan adanya kepentingan audit dari Badan Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang dilakukan tiga tahun sekali, maka perlu dilakukan penentuan ulang tarif pengujian. Saat ini, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk masih menggunakan metode tradisional dalam perhitungan tarif jasa pengujian. Metode ini akan menghasilkan perhitungan biaya yang kurang tepat, karena membebankan biaya tidak langsung berdasarkan satu pemicu biaya yang dianggap mayor. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam mengalokasikan biaya, yaitu volume-based approach, departmental approach, dan activity-based approach. Namun pada penelitian ini digunakan metode Activity Based Costing (ABC) dengan pendekatan activity-based approach, karena metode ini sesuai dengan karakteristik objek penelitian, yaitu keberagaman varian perangkat telekomunikasi yang diuji. Dilakukan tujuh langkah dalam penerapan metode ABC. Langkah pertama adalah mengidentifikasi produk yang dijadikan objek biaya, dimana objek penelitian ini adalah enam jenis perangkat yang sering diuji pada Lab. Energi. Langkah kedua adalah melakukan identifikasi kelompok biaya langsung dan kelompok biaya tidak langsung dari seluruh kelompok biaya yang muncul pada aktivitas. Langkah ketiga adalah menentukan pemicu biaya dari setiap aktivitas untuk mengalokasikan biaya tidak langsung dari setiap aktivitas ke masing-masing produk. Langkah keempat adalah menentukan pemicu biaya dari kelompok biaya tidak langsung untuk dialokasikan ke masing-masing aktivitas. Langkah kelima adalah menghitung biaya per unit setiap pemicu biaya dari kelompok biaya tidak langsung. Langkah keenam adalah melakukan perhitungan biaya tidak langsung dari setiap aktivitas ke masing-masing produk. Langkah ketujuh adalah menghitung total biaya produk dengan menjumlahkan semua biaya langsung dan tidak langsung. Setelah diperoleh total biaya, maka dapat dihitung tarif pada setiap perangkat sesuai dengan mark up yang diberlakukan oleh perusahaan. Dari perhitungan tersebut diperoleh tarif usulan, yaitu terjadi overcosting untuk perangkat baterai asam timbal berventilasi, baterai asam timbal tertutup, dan diesel genset. Sedangkan pada perangkat rectifier indoor, rectifier outdoor, dan LiFePO4-ion battery mengalami undercosting. Perbedaan tarif ini disebabkan oleh adanya perbedaan data yang diperoleh serta perbedaan cara perhitungan biaya langsung dan biaya tidak langsung. Oleh sebab itu, perusahaan perlu menurunkan tarif pada perangkat yang mengalami ovecosting, dan menaikkan tarif perangkat yang mengalami undercosting.