digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Moda raya terpadu (MRT), yang diresmikan pada tahun 2019 oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dirancang untuk mengatasi tantangan transportasi kota metropolitan dengan meningkatkan aksesibilitas dan mengurangi ketimpangan spasial. Penelitian ini bertujuan untuk menilai dampak MRT terhadap aksesibilitas dan kesetaraan spasial di Jakarta, yang ditinjau dari tiga indikator yakni waktu tempuh perjalanan, potensi ekonomi, dan tarif perjalanan. Beberapa studi terdahulu sudah banyak melakukan penelitian terkait aksesibilitas dan kesetaraan spasial dari sistem transportasi massal, terutama kereta cepat. Sayangnya, indikator penilaian yang digunakan belum lengkap, misalnya hanya meninjau waktu tempuh dan potensi ekonomi saja, tanpa meninjau indikator penting lainnya seperti tarif perjalanan. Oleh karena itu, penelitian ini mengadaptasi beberapa metode analisis aksesibilitas dan kesetaraan spasial dari studi-studi terdahulu, dengan sedikit modifikasi yang lebih sesuai untuk konteks transportasi umum perkotaan berbasis rel, dan penggunaan indikator yang lebih lengkap. Selain itu, penelitian ini juga mengadaptasi teknologi sistem informasi geografis (SIG) yang lebih modern untuk menganalisis aksesibilitas dan kesetaraan spasial. Lingkup studi dari penelitian ini adalah Kota Jakarta secara keseluruhan tanpa mengikutsertakan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, ditinjau pada level kecamatan. Analisis terkait aksesibilitas dan kesetaraan spasial dilakukan untuk perjalanan penumpang dari kecamatan asal yang merupakan seluruh kecamatan pada lingkup studi, menuju kecamatan tujuan yang merupakan kecamatan-kecamatan dalam radius 400 m dari stasiun MRT. Pengukuran dampak dilakukan dengan membandingkan dua skenario, yaitu skenario tanpa MRT dan skenario dengan MRT. Untuk mendukung penelitian, terdapat data primer dan sekunder yang dikumpulkan. Data primer berupa waktu tempuh dan tarif perjalanan yang didapatkan dengan bantuan aplikasi navigasi, serta lokasi asal dan tujuan penumpang MRT yang didapatkan dengan menyebar kuesioner secara daring dan luring. Sementara itu, data sekunder didapatkan dari laman resmi Pemerintah dan sumber lainnya, yaitu peta rute MRT, tarif, rute, dan frekuensi transportasi umum lainnya, populasi kecamatan, serta jumlah restoran dan kafe per kecamatan. Pengolahan data untuk aksesibilitas terdiri atas tiga rumus untuk ketiga indikator. Analisis terkait aksesibilitas dari segi waktu tempuh perjalanan menggunakan rumus Weighted Average Travel Time (WATT), potensi ekonomi menggunakan rumus Potential Accessibility (PA), dan tarif perjalanan menggunakan rumus Gravity-based Accessibility Measure. Sementara itu, analisis terkait kesetaraan spasial dilakukan menggunakan rumus indeks Coefficient of Variations (CV). Dengan bantuan SIG, hasil analisis ini divisualisasikan dalam bentuk peta berwarna, di mana perubahan warna mengindikasikan perubahan nilai aksesibilitas antara kedua skenario untuk mengukur dampak dari MRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beroperasinya MRT membawa dampak signifikan terhadap aksesibilitas kota, baik dalam hal waktu tempuh, potensi ekonomi, maupun tarif perjalanan. Dari segi waktu tempuh, secara keseluruhan MRT berhasil menghemat rata-rata waktu perjalanan sebesar 9,56%, yang menunjukkan peningkatan efisiensi. Namun, beberapa kecamatan seperti Tebet, Pasar Minggu, Jagakarsa, dan Ciracas justru mengalami penurunan aksesibilitas waktu perjalanan. Hal ini terjadi karena faktor seperti jarak yang cukup jauh dari koridor MRT, serta kurangnya moda pengumpan dan integrasi yang tidak memadai antara MRT dengan kendaraan umum lainnya. Dari sisi potensi ekonomi, MRT memberikan dampak positif dengan peningkatan rata-rata nilai aksesibilitas sebesar 9,54%. Meskipun demikian, kecamatan seperti Pasar Minggu, Jagakarsa, dan Ciracas juga mengalami penurunan potensi ekonomi, yang disebabkan oleh faktor yang sama dengan aksesibilitas dari segi waktu tempuh perjalanan. Namun, dari sisi tarif perjalanan, hasil penelitian menunjukkan penurunan rata-rata sebesar 30,91%, yang bertentangan dengan ekspektasi bahwa MRT dapat menghemat biaya perjalanan penumpang. Hal ini disebabkan karena pada penelitian ini, biaya transportasi yang diperhitungkan hanya tarif kendaraan, tanpa memperhitungkan biaya umum transportasi. Di sisi lain, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa meskipun MRT meningkatkan aksesibilitas di sebagian besar wilayah Jakarta, variasi nilai aksesibilitas tetap terlihat, dengan Jakarta Utara menjadi satu-satunya wilayah yang menunjukkan peningkatan kesetaraan. Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbaikan dalam aksesibilitas, sistem transportasi seperti MRT belum mampu menciptakan kesetaraan aksesibilitas yang merata di seluruh wilayah Jakarta, terutama antara wilayah yang lebih jauh dari koridor MRT. Untuk meningkatkan dampak MRT terhadap aksesibilitas dan kesetaraan spasial di Jakarta, penelitian menghasilkan beberapa usulan untuk pemangku jabatan terkait, di antaranya perpanjangan koridor MRT, peningkatan integrasi dengan transportasi umum pengumpan, penambahan frekuensi dan trayek transportasi umum pengumpan, perbaikan fasilitas transit dan kawasan pejalan kaki sekitar stasiun MRT, dan penerapan strategi untuk mendorong penggunaan MRT oleh masyarakat Jakarta.