digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Program urban farming dan Kampung Berkebun yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bandung digadang-gadang sebagai solusi penataan kota dan pemenuhan kebutuhan pangan lokal. Meskipun demikian, dalam lima tahun keberjalanannya, belum ada evaluasi menyeluruh tentang keberhasilan, hambatan, dampak dan keberlanjutan dari program ini. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi dampak dan keberlanjutan progam urban farming dan Kampung Berkebun, serta merumuskan langkah-langkah perubahan. Di dalam penelitian ini, digunakan kerangka evaluasi manajemen Institutional Analysis and Development (IAD) yang dikombinasikan dengan Theory of Change (ToC). Penelitian ini menggunakan kerangka mixed-methods dengan pendekatan studi kasus. Data diperoleh dari desk evaluation, wawancara terstruktur terhadap 10 responden, wawancara mendalam terhadap 10 pemangku kepentingan (Dinas Pertanian dan Pangan, pelaku urban farming, dan pemerhati urban farming), serta observasi kondisi ekologis lahan-lahan urban farming di enam lokasi. Analisis dilakukan secara bertahap dengan menganalisis kelembagaan dari program urban farming, serta keberlanjutan di aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Hasil analisis dikembangkan ke dalam IAD dan ToC. Penelitian ini mememukan bahwa secara kelembagaan, program urban farming merupakan bentuk implementasi dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan bentuk implementasi program walikota Bandung yang menjadi tupoksi kerja Dinas Pangan dan Pertanian. Walaupun begitu, kelembagaan tersebut belum bisa mendukung praktik urban farming secara penuh, yang dilihat dari besarnya ketergantungan bantuan dari lingkungan luar. Dari observasi di empat lokasi dari enam lokasi yang diamati, ditemukan bahwa penerapan urban farming secara umum sudah sesuai dengan kondisi lingkungan. Walaupun begitu, secara teknis penerapan teknologi berbasis lahan sampit atau non-lahan perlu ditekankan, karena setiap lokasi memiliki lahan yang terbatas. Secara sosio-ekonomi praktik urban farming yang dilakukan meningkatkan keeratan sosial dan interaksi sosial, serta meningkatkan kemampuan individu, dan menghasilkan nilai ekonomis melebihi biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan ToC menggunakan pendekatan bottom-up, menemukan bahwa langkah-langkah perubahan yang dapat diambil dikategorikan menjadi aspek lahan produksi, aspek sarana produksi, aspek sumberdaya manusia, aspek pasar produk, dan aspek manfaat program.