Tingginya angka kecelakaan kerja pada sektor konstruksi menuntut perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi untuk mengadakan regulasi dalam menekan angka kecelakaan kerja. Namun, hingga saat ini angka kecelakaan kerja di sektor konstruksi masih tergolong tinggi terkait dengan bahaya terjatuh dari ketinggian. Scaffolding merupakan konstruksi sementara yang dibangun sebagai akses untuk bekerja di ketinggian lebih dari 2 meter. Penelitian ini dilakukan di PT.X, pada proyek pembangunan Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) setinggi 4 lantai yang berlokasi di Bandung.Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan nilai risiko dan jenis pekerjaan dengan nilai risiko tertinggi terkait dengan penggunaan scaffolding. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Semi Kuantitatif dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA). Data primer diperoleh melalui wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi. Data sekunder yang dibutuhkan yaitu data kecelakaan kerja dan prosedur kerja dari ahli K3 proyek yang berhubungan dengan pekerjaan pemasangan scaffolding, struktur ACP, mekanikal elektrikal, arsitektur, pemasangan roster dan pekerjaan finishing. Hasil analisis risiko menunjukkan bahwa nilai risiko tertinggi terdapat pada kelompok pekerjaan mekanikal elektrikal dengan nilai risiko 540 (very high). Sedangkan nilai RPN tertinggi terdapat pada unit pekerjaan arsitektur sebesar 336 (Priority 1).Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka untuk tindakan pengendalian risiko perlu dilakukan perbaikan implementasi K3 secara sistematik, dimulai dari pihak manajemen, pengawas K3, dan pekerja.
Perpustakaan Digital ITB