Permasalahan angkutan kota (angkot) bukanlah hal baru untuk masyarakat perkotaan, termasuk angkutan kota di Kota Bandung. Kepuasan penumpang menjadi isu utama yang sudah dikaji oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Selain itu, perspektif mengenai kesejahteraan pengemudi juga pernah diteliti. Kedua perspektif tersebut digunakan untuk memberi gambaran bahwa permasalahan angkot terjadi karena suatu sistem permasalahan yang kompleks. Penelitian ini mencoba menggambarkan hubungan sebab akibat dari perilaku yang ada pada sistem pengoperasian angkot dengan menggunakan model dinamika sistem (system dynamics model). Model ini dikembangkan dengan menggunakan sudut pandang sopir dan penumpang sebagai dasar pemodelan. Hal ini dikarenakan kedua aktor ini memiliki peranan langsung dalam sistem tersebut. Proses simulasi dilakukan dengan menggunakan Progran Vensim PLE.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa pengoperasian angkot sudah tidak dilayak dilanjutkan secara ekonomi, namun berdasarkan pengamatan di lapangan, angkot tetap bertahan karena keadaan sosial dan perekonomian masyarakat. Selain itu, angkot juga memiliki peranan dalam menyediakan angkutan bagi masyarakat menengah ke bawah dan angkutan umum peralihan sebelum pemerintah dapat menyediakan angkutan umum yang handal dan terjangkau dari semua masyarakat. Dengan pertimbangan tersebut, dua skenario diajukan untuk membuat angkot tetap layak beroperasi, dalam hal ini, tidak mengetem dan memenuhi pendapatan yang diharapkan oleh sopir. Skenario-skenario tersebut adalah intervensi sistem pengelolaan angkot dengan cara menghilangkan sistem setoran dan intervensi jumlah armada. Dari kedua skenario tersebut diketahui bahwa intervensi jumlah armada adalah skenario yang lebih cocok diterapkan karena penghasilan yang diharapkan sopir dapat tercapai dan waktu mengetem lebih kecil dari pada waktu mengetem yang ditoleransi penumpang.