Batuan yang tersingkap di daerah penelitian dapat dibagi kedalam dua satuan batuan, dari tua ke muda yaitu Satuan Batulempung Formasi Citarum dan Satuan Batupasir-Batulempung Formasi Citarum. Satuan Batupasir – Batulempung Formasi Citarum terdiri dari batupasir konglomeratan, batupasir masif, dan perselingan batupasir halus – sedang dengan batulempung. Satuan Batulempung Formasi Citarum ditemukan campuran antara fosil foramunifera penciri laut dangkal dan laut dalam. Batupasir pada satuan batupasir-batulempung merupakan batupasir wacke dengan struktur yang berkembang adalah Sekuen Bouma (Ta-Tc) sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian diendapkan oleh mekanisme aliran gravitasi. Kandungan material vulkanik yang terlihat pada sayatan petrografi menunjukkan bahwa aktifitas vulkanisme mempengaruhi proses pengendapan batuan didaerah penelitian. Pada satuan batupasir-batulempung di daerah penelitian dilakukan analisis fasies turbidit dimana ditemukan Fasies A, B, dan C. Berdasarkan dominasi fasies, penulis membagi menjadi empat asosiasi fasies yaitu asosiasi fasies I , asosiasi fasies II, asosiasi fasies III, dan asosiasi fasies IV. Berdasarkan analisis mikropaleontologi, terdapat perubahan jumlah kandungan fosil. Pada interval bagian bawah, jumlah kandungan fosil melimpah. Akan tetapi, pada interval tengah jumlah kandungan fosil berkurang bahkan tidak ditemukan fosil pada interval atasnya dan pada interval paling atas fosil ditemukan kembali walaupun dalam jumlah yang sedikit. Hal ini menunjukkan perubahan kecepatan sedimentasi yang semakin cepat, dan kecepatan sedimentasi berkurang pada interval paling atas dengan ditandai oleh adanya fosil walaupun dalam jumlah yang sedikit.
Perpustakaan Digital ITB