digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB I Sakundria Satya Murti Wardhana [37022001]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II Sakundria Satya Murti Wardhana [37022001]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III Sakundria Satya Murti Wardhana [37022001]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV Sakundria Satya Murti Wardhana [37022001]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V Sakundria Satya Murti Wardhana [37022001]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB VI Sakundria Satya Murti Wardhana [37022001]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Perubahan cara hidup dan perkembangan arsitektur membuat rumah tradisional Jawa mengalami penyesuaian bentuk dan fungsi. Namun demikian, nilai budaya yang diwariskan turun-temurun tidak serta-merta memudar. Ndalem Wuryaningrat menjadi salah satu contoh yang memperlihatkan bagaimana estetika ruang, simbol sosial, dan jejak identitas budaya Jawa tetap bertahan di tengah perubahan zaman, perpindahan kepemilikan, dan adaptasi ruang. Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana nilai budaya tersebut direpresentasikan, serta bagaimana makna-makna itu tetap hidup dan bertransformasi sejak akhir abad ke-19 hingga masa kini. Penelitian ini menelusuri representasi budaya Jawa melalui estetika ruang Ndalem Wuryaningrat dalam rentang waktu 1890–2020. Susunan ruang, ragam hias, dan elemen bangunan dibaca sebagai ekspresi identitas pemilik dan nilai budaya yang menyelimutinya. Dengan pendekatan kualitatif menggabungkan penelusuran historis dan pemahaman etnografis penelitian ini menangkap hubungan antara perubahan ruang dengan pengalaman manusia yang menjalani, mengelola, atau sekadar singgah di dalamnya. Data dihimpun melalui studi pustaka, pembacaan naskah Jawa, observasi lapangan, dan wawancara dengan pihak-pihak yang mengetahui riwayat serta perkembangan ndalem ini. Temuan penelitian memperlihatkan bahwa ruang-ruang di Ndalem Wuryaningrat tidak hanya dimaknai melalui wujud fisiknya, tetapi juga melalui cerita, ingatan, dan praktik keseharian yang menghidupinya. Nilai laras, ayu, dan makaryo tetap menjadi roh estetika, hadir dalam berbagai bentuk meskipun ndalem ini mengalami banyak perubahan sejak 1890. Melalui pembacaan historis dan pengalaman etnografis, tampak bahwa Ndalem Wuryaningrat terus mempertahankan karakter budaya Jawa sembari beradaptasi dengan konteks baru. Penelitian ini merumuskan pola pemahaman mengenai estetika dan representasi budaya Jawa yang berguna untuk memahami ruang tradisional di tengah perubahan, sekaligus memberikan arah bagi upaya pelestarian ndalem sebagai living heritage yang tetap relevan bagi kehidupan masa kini.