Asia Tenggara merupakan rumah bagi sekitar 679 juta orang, mewakili 8,3% dari
populasi dunia. Delapan dari sebelas negara di kawasan tropis ini menyatakan
bahwa mereka mengalami gelombang panas. Tren ini diperkirakan akan semakin
intensif seiring waktu, menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan
manusia di kawasan ini, sehingga diperlukan strategi adaptasi yang efektif. Studi
ini melakukan Systematic Literature Review (SLR) untuk mensintesis bagaimana
negara-negara di Asia Tenggara terpapar dan merespons panas. Pedoman PRISMA
digunakan dalam studi ini, dan alat SLR berbasis web (Watase Uake) digunakan
untuk mengumpulkan artikel dari jurnal bereputasi yang terindeks Scopus dalam 10
tahun terakhir (2015–2025) mengenai isu panas dan adaptasi di Asia Tenggara. Dari
pencatatan awal, ditemukan 144 artikel relevan yang dianalisis. Data yang
diekstraksi mencakup isu kesehatan terkait panas, adaptasi masyarakat, strategi
untuk mengurangi dampak panas, dan kebijakan nasional. Hasil studi ini
mengungkapkan kelompok rentan, risiko kesehatan secara fisik dan psikologis,
strategi, serta efektivitas respons masing-masing negara terhadap panas, termasuk
kebijakan dan regulasi yang diterapkan terkait kejadian panas. Banyak studi
menunjukkan bahwa lansia, pekerja luar ruangan, dan komunitas berpenghasilan
rendah menjadi kelompok yang paling terdampak oleh panas, dengan penyakit yang
umum terjadi adalah penyakit terkait panas seperti stres panas dan stroke panas.
Peningkatan ruang terbuka hijau merupakan strategi yang paling umum digunakan
di semua negara untuk mengatasi panas, diikuti oleh modifikasi teknologi dan
material. Hasil ini dibandingkan dengan status gelombang panas di setiap negara,
sehingga dapat menyiratkan kesiapan negara dalam menghadapi panas di wilayah
masing-masing. Kami merekomendasikan peningkatan integrasi adaptasi terhadap
panas ke dalam perencanaan kesehatan masyarakat dan tata kota, serta memperkuat
kolaborasi regional untuk meningkatkan ketahanan komunitas terhadap panas.
Perpustakaan Digital ITB