digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pemerintah Indonesia menerapkan pembatasan sosial untuk mencegah penyebaran COVID-19 pertama kali pada April 2020. Dengan mobilitas manusia yang berkurang, terdapat potensi kualitas udara mengalami perbaikan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh yang ditimbulkan dengan membandingkan konsentrasi pencemar udara dan karakteristik aerosol pada periode Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta saat terjadi puncak kasus COVID-19 varian Delta di wilayah urban (Jakarta Pusat dan Bandung) dan wilayah suburban (Palangka Raya dan Jambi). Data yang digunakan merupakan data harian konsentrasi pencemar dari stasiun pemantauan kualitas udara (SPKU) dan karakteristik aerosol dari Aerosol Robotic Network (AERONET). Data karakteristik aerosol yang digunakan mencakup kedalaman optik aerosol (AOD), Angstrom exponent (AE), dan distribusi ukuran partikel. Uji Mann-Whitney U dan t-test digunakan untuk menentukan signifikansi perubahan. Pada periode PSBB, tidak ditemukan penurunan konsentrasi pencemar yang signifikan. Namun, untuk AOD ditemukan penurunan yang signifikan di Bandung (-36,3%) dan Jambi (-35,7%). Adapun saat periode Puncak COVID-19, penurunan konsentrasi pencemar yang signifikan hanya terjadi di Bandung untuk parameter CO, NO2, dan SO2 masingmasing sebesar 17,7%, 43,4%, dan 30,1%. Berdasarkan nilai AOD, hanya Jakarta Pusat yang mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sebesar 6,1%. Nilai ratarata AE di setiap lokasi studi pada setiap periode ditemukan lebih besar dari 1,00.