COVER Yasraf Amir Piliang
PUBLIC Alice Diniarti BAB 1 Yasraf Amir Piliang
PUBLIC Alice Diniarti BAB 2 Yasraf Amir Piliang
PUBLIC Alice Diniarti BAB 3 Yasraf Amir Piliang
PUBLIC Alice Diniarti BAB 4 Yasraf Amir Piliang
PUBLIC Alice Diniarti BAB 5 Yasraf Amir Piliang
PUBLIC Alice Diniarti BAB 6 Yasraf Amir Piliang
PUBLIC Alice Diniarti PUSTAKA Yasraf Amir Piliang
PUBLIC Alice Diniarti
Layar (screen), khususnya layar elektronik (electronic screen) merupakan elemen
tak-terpisahkan dari dunia kehidupan kontemporer, sebagai medium dalam aneka
aktivitas melihat, menatap, menonton, mengobservasi, mengintip, memata-matai,
dan mengawasi. Hampir tidak ada aktivitas masa kini yang tidak menggantungkan
dirinya pada keberadaan layar: ekonomi, politik, pendidikan, industri, hiburan,
kejahatan, seksual, bahkan spiritual. Beragam aktivitas yang melibatkan layar,
membangun ‘multiplisitas layar’, yaitu anekaragam konsep, struktur, bentuk,
bahasa, citra, fungsi dan kandungan isi layar. Multipilitas layar membangun pula
anekaragam fungsi layar: layar televisi, layar komputer, layar filem, layar video
game, layar telepon seluler, layar proyektor, layar automatic teller machine, dsb.
Sebagai fenomena, layar menampakkan dirinya dalam dua cara penampakan,
yaitu layar sebagai sebuah ‘obyek’ atau ‘medium’ dan layar dalam hal ‘isi’, ‘citra’
atau ‘representasi dunia’ (being image). Di samping itu, karena layar
menampakkan dirinya dalam perbedaan dan multiplisitas, maka pemahaman
ontologis terhadap layar harus ditempatkan dalam bingkai ‘ontologi perbedaan’
(ontology of difference). Layar hadir dalam dua ‘medan perbedaan’, yaitu
perbedaan di antara aneka layar di dalam ruang: layar ini, layar itu, layar di sana;
dan, perbedaan di dalam waktu: layar yang telah ada, yang ada dan yang akan ada.
Di sini, multiplisitas layar harus dipahami di dalam dua medan perbedaan, yaitu:
1) ‘perbedaan meruang’ (difference within space), berupa perbedaan di antara
layar-layar di dalam ruang, meliputi perbedaan aransemen, bingkai, relasi tatapan,
relasi sosial, citra, pesan dan informasi, dan 2) ‘perbedaan mewaktu’ (difference
within time), yaitu perbedaan di antara layar-layar di dalam garis waktu, yang
meliputi perbedaan durasi, narasi, memori, kecepatan dan horizon masa depan.
Pemahaman tentang multiplisitas layar dimulai dengan mengemukakan tiga
pertanyaan ontologis, yang saling berkaitan satu sama lainnya. Pertama,
bagaimana struktur perbedaan dan keberbedaan (differentiation) yang
membangun ‘ontologi perbedaan layar’ (ontology of difference), baik perbedaan
meruang dan mewaktu? Kedua, bagaimana multiplisitas layar dan ontologi
perbedaan membentangkan multiplisitas ‘kemungkinan dunia’ (posibble world)
bagi subyek yang berkesadaran? Ketiga, bagaimana implikasi multiplisitas layar itu terhadap cara kerja desain, sebagai sebuah wacana (discourse), yang
melaluinya layar dirancang, diproduksi, dan digunakan; serta, bagaimana
implikasi lebih jauh lagi terhadap manusia dan humanitas pada umumnya?
Untuk memahami layar secara ontologis dalam perbedaan dan multiplisitasnya,
pendekatan khusus ‘filsafat perbedaan’, sebagaimana yang dikembangkan oleh
berbagai pemikir kontemporer, digunakan secara intensif. Pada tingkat
metodologis, digunakan metode ‘fenomenologi-hermeneutika’, sebagaimana yang
dikembangkan oleh beberapa pemikir, terutama yang mengaitkan metode ini
dengan fenomena perbedaan, seperti Heidegger, Bergson dan Deleuze.
‘Fenomenologi’ adalah metode filsafat yang digunakan untuk memahami layar
pada tingkat ‘deskripsi’, yaitu penjelasan rinci tentang layar sebagaimana ia
menampakkan dirinya sebagai ‘ada’ dan ‘perbedaan’ dalam relasinya dengan
‘perbedaan’ pada tingkat subyek. ‘Hermeneutika’ adalah metode filsafat yang
digunakan untuk memahami layar pada tingkat ‘interpretasi’, yaitu memahami
‘makna’ di balik multiplisitas layar itu, khususnya ‘makna ontologisnya’.
‘Deskripsi fenomenologis’ dan ‘interpretasi hermeneutik’ terhadap multiplisitas
layar, menghasilkan beberapa prinsip perbedaan layar: 1) ‘perbedaan berlapis’, di
mana di balik sebuah sistem perbedaan ada sub-sistem, sub-sub sistem, dst. 2)
‘perbedaan kontradiktif’, yaitu kehadiran dua sifat bertentangan dalam struktur
perbedaan layar: perbedaan/ repetisi, hirarki/non-hirarki’, 3) ‘perbedaan ganda’,
yaitu kehadiran dua karakter perbedaan secara simultan: perbedaan
meruang/mewaktu, kuantitas/kualitas, konkrit/abstrak, 4) ‘perbedaan heterogenesis’,
yaitu perbedaan layar yang selalu ‘memperbedakan’ dirinya secara aktif,
kreatif dan produktif, 5) ‘perbedaan terbuka’, di mana layar membuka diri bagi
multiplisitas perbedaan itu sendiri, termasuk hibriditas, 6) ‘perbedaan
morfogenetik (morphogenetic), di mana layar elektronik membentangkan struktur
ruang kemungkinan bentuk, yang tanpa terikat ketat pada struktur baku,
7)‘perbedaan repetitif’, yang menjelaskan kesimpulan paling kontradiktif dari
perbedaan layar, di mana perbedaan layar justeru dibangun oleh sifat
kebalikannya, yaitu ‘repetisi’—contradictio in terminis.
Kontribusi ilmiah yang penting dari hasil penelitian, dalam kaitannya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, berkaitan dengan tiga bidang temuan: Pertama,
temuan pada tingkat logos, yaitu berupa seperangkat proposisi, definisi baru dan
teori baru desain, sebagai koreksi terhadap epistemologi desain sebelumnya, yang
terpaku pada konsep ‘kebaruan’. Kedua, penemuan pada tingkat ethos, berupa
penjelasan baru tentang ‘ontologi desain’ sebagai koreksi terhadap pandangan
ontologi desain sebelumnya, yang terlalu percaya pada konsep ‘materi’. Ketiga,
penemuan pada tingkat pathos, berupa penjelasan baru tentang aspek humanitas
dari desain, sebagai koreksi terhadap konsep-konsep desain dan humanitas yang
ada sebelumnya, yang terpaku pada konsep‘fisik’.