
ABSTRAK Diva Andara Rahayu Morianti
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Kelelahan diidentifikasi sebagai faktor penyebab kecelakaan di sektor kereta api. Kelelahan
dapat disebabkan oleh kurangnya kuantitas dan buruknya kualitas tidur akibat tidur yang
terpotong atau split sleep. Split sleep merupakan hal yang lazim terjadi pada pengoperasian
kereta api karena waktu istirahat yang terbatas. Pada waktu tersebut, masinis harus
melakukan tidur, ibadah, menghubungi keluarga, dan perjalanan pulang pergi ke stasiun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh split sleep terhadap kelelahan mengemudi.
Kelelahan diukur berdasarkan durasi dan frekuensi kedipan mata melalui eye tracker serta
kuesioner subjektif, yaitu Karolinska Sleepiness Scale (KSS) dan Visual Analogue Scale
(VAS). Sembilan orang partisipan menjalani dua kondisi tidur, yaitu split sleep dan
consolidated sleep. Split sleep membagi tidur menjadi dua segmen pada pukul 05.00–10.00
dan 12.00–15.00. Sementara itu, tidur pada consolidated sleep dilakukan secara kontinu pada
pukul 05.00–13.00. Partisipan diminta untuk mengemudikan simulator kereta api selama 2,5
jam di laboratorium setelah masing-masing kondisi tidur dijalankan. Dari penelitian ini
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kondisi split sleep dan consolidated
sleep. Hal tersebut diakibatkan oleh peningkatan kelelahan berdasarkan durasi dan frekuensi
kedipan mata. Namun, data KSS dan VAS tidak menunjukkan adanya perbedaan antara
kedua kondisi tidur. Maka dari itu, split sleep dapat dipertahankan apabila dibutuhkan dengan
menjaga kualitas dan durasi tidur. Peningkatan kualitas tidur dan pemenuhan durasi tidur
yang cukup (7–8 jam) dilakukan sebagai strategi mitigasi untuk mengurangi pengaruh
kelelahan akibat split sleep. Selain itu, fasilitas tidur yang nyaman di stasiun kereta api dapat
mendukung peningkatan kualitas dan pemenuhan durasi tidur.