digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

FEBRIANSYAH-1.pdf)u
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Dengan adanya rencan perpindahan lokasi pemrosesan akhir sampah di Kota Bandung dari TPA Sarimukti menuju TPPAS Legok Nangka mengharuskan Kota Bandung untuk mengurangi timbulan sampah sebelum diangkut ke TPA, dengan adanya pemindahan lokasi TPA ini secara signifikan memengaruhi beban pengangkutan sampah ke TPA, selain itu juga Kota Bandung hanya diberikan kuota sebesar 1200 ton setiap harinya untuk diangkut ke TPPAS Legok Nangka. Dengan adanya masterplan pengelolaan sampah Kota Bandung Tahun 2017 – 2037, Kota Bandung merencanakan 2 skenario pengurangan sampah yang diangkut ke TPA mulai dari pengolahan sampah organik, pembatasan timbulan sampah lain-lain yang mengubah sistem pengelolaan sampah di Kota Bandung yang sebelumnya adalah kumpul-angkut-buang menjadi lebih berfokus pada 3R. Dengan adanya perubahan sistem pengelolaan sampah ini diharapkan sampah yang diangkut ke TPA dapat berkurang, disamping itu juga pembiayaan pengelolaan sampah dapat diminimalisir dan tentunya berkurangnya emisi GRK yang selama ini diketahui didominasi oleh kegiatan tranpsortasi. Pengelolaan sampah yang akan dijadikan fokus utama dalam penelitian kali ini adalah sampah sapuan jalan yang terdiri dari dedaunan, pasir, batu dan sampah yang dibuang oleh pengguna jalan secara sembarangan. Dinamika pengelolaan sampah sapuan jalan berdasarkan Masterplan Pengelolaan sampah Kota Bandung dan pengaruhnya terhadap perubahan tingkat emisi dan pembiayaannya dihitung dalam 4 skenario, antara lain skenario BAU dengan tidak adanya perubahan pengelolaan sampah sapuan jalan yaitu dengan prinsip kumpul-angkut-buang, skenario 1 yang dihitung berdasarkan skenario 1 pada masterplan pengelolaan sampah sapuan jalan, skenario 2 yang dihitung berdasarkan skenario 2 pada masterplan pengelolaan sampah sapuan jalan dan skenario 3 yang merupakan optimasi gabungan antara senario 1 dan skenario 2. Perhitungan emisi menggunakan database dari IPCC 2006 dan perhitungan biaya menggunakan metode NPV dan BCR. Berdasarkan data yang dimiliki peningkatan panjang penyapuan jalan mengalami peningkatan sebesar 1% setiap tahunnya dari 14% pada tahun 2021 sampai 18% pada tahun 2025, besaran timbulan sampah sapuan jalan di Kota Bandung adalah sebesar 0,15 kg/m. Sehingga timbulan sampah sapuan jalan 13,76 ton pada tahun 2021 dan mencapai 17,13 ton pada tahun 2025. Dari hasil perhitungan emisi skenario dengan nilai emisi paling kecil adalah skenario 3 sebesar 2,11 Gg CO2-eq dan emisi paling besar didapatkan dari skenario 2 dengan nilau emisi sebesar 14,79 Gg CO2-eq. Untuk pembiayaan berdasarkan kelayakan ekonomi dengan metode NPV dan BCR dari 4 skenario yang ada seluruhnya tidak memenuhi standar, sehingga skenario yang dianggap paling layak adalah yang nilai BCR paling mendekati 1 dan nilai NPV paling kecil negatifnya. Skenario yang paling baik dalam hal pembiayaan adalah skenario 3 dengan BCR sebesar 0,15 dan NPV sebesar negatif Rp. 11.336.591.673,09.