digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

DKI Jakarta dengan tingkat kepadatan penduduk dan aktivitas lalu lintas yang sangat tinggi, memiliki potensi yang cukup besar terhadap pencemaran udara oleh hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon banyak dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor dan degradasi senyawa organik dalam kondisi anaerob. Senyawa hidrokarbon dibagi menjadi 3, yaitu Methane Hydrocarbon (MHC), Non-Methane Hydrocarbon (NMHC), dan Total Hydrocarbon (THC). Peningkatan konsentrasi hidrokarbon pada level tertentu akan menurunkan kualitas udara ambien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa variasi diurnal konsentrasi hidrokarbon dan menentukan korelasi antara konsentrasi hidrokarbon dengan faktor meteorologi. Dari data yang terukur pada SPKU DKI 1, total data yang tidak memenuhi baku mutu sebesar 60,78%, pada SPKU DKI 3 sebesar 26,5%, dan DKI 5 sebesar 68,7%. Dari hasil pengolahan data teramati adanya fluktuasi konsentrasi akibat reaksi fotokimia di siang hari, dan perubahan kepadatan aktivitas lalu lintas. Selain itu terlihat adanya peningkatan konsentrasi pada tahun 2019 dibanding tahun 2018 di semua lokasi, dengan lokasi yang memiliki konsentrasi tertinggi yaitu Jakarta Pusat, kedua Jakarta Barat, dan yang terkecil Jakarta Selatan. Dari hasil uji korelasi ditemukan korelasi negatif antara THC, MHC, dan NMHCdengan radiasi matahari, kecepatan angin, dan temperatur udara. Selain itu terdapat korelasi negatif antara curah hujan dengan THC dan MHC di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, namun ditemukan korelasi positif antara NMHC dengan curah hujan di Jakarta Selatan. Untuk faktor kelembaban, terdapat korelasi positif antara kelembaban dengan semua parameter hidrokarbon di semua wilayah.