digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

“Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan” Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan pedoman penilaian kinerja bagi para manajer rumah sakit untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas rumah sakit berdasarkan kinerja layanan kesehatannya, dan untuk memastikan kualitas layanan dan kepuasan pasien. Pedoman tersebut menyatakan definisi operasional, formula perhitungan, dan definisi lainnya dari setiap indikator kinerja layanan. Sebuah rumah sakit umum di kota Bandung berencana untuk mengevaluasi kinerja layanan kesehatannya di area manajerial menggunakan pedoman tersebut. Salah satu layanan yang akan dievaluasi oleh rumah sakit adalah layanan bedah elektif, menggunakan waktu tunggu sebagai indikator evaluasi sebagaimana dinyatakan dalam pedoman. Operasi elektif adalah salah satu dari dua kategori utama operasi berdasarkan waktu yang dapat dijadwalkan terlebih dahulu untuk dilakukan di masa mendatang, karena tidak melibatkan keadaan darurat medis dan merupakan pilihan yang disetujui oleh pasien atau dokter. Waktu tunggu dihitung dari saat pasien masuk rumah sakit sampai operasi dilakukan, yaitu ketika sayatan operasi pertama dilakukan. Menggunakan data layanan operasi elektif rumah sakit dari Januari hingga Juni 2018, ditemukan bahwa waktu tunggu operasi elektif rumah sakit tersebut melampaui standar yang ditetapkan dalam pedoman. Untuk menentukan apa yang menyebabkannya, data dianalisis menggunakan control chart. Ditemukan bahwa prosesnya tidak stabil dan terdapat titik data di luar batas kendali, yang menunjukkan adanya special-cause variations dan common-cause variations yang berkontribusi pada waktu tunggu yang lama. Kemudian diadakan Focus Group Discussion dengan aktor-aktor kunci dalam layanan operasi elektif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang proses, dan disetujui bahwa perubahan mendasar dari jalur layanan bedah elektif yang akan menyelesaikan masalah common-cause variations adalah hal pertama yang harus dilakukan. Perubahan mendasar dari proses operasi elektif tidak hanya terbatas pada memperbaiki proses dari langkah di mana perhitungan waktu tunggu dimulai sampai berakhir dihitung, tetapi seluruh proses operasi elektif dari pasien datang sampai pasien yang menjalani operasi juga dievaluasi apakah mereka memberika value-added bagi pasien sehingga kepuasan pasien meningkat. Proses operasi elektif kemudian digambarkan dengan BPMN, dan dinilai menggunakan value-added analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses operasi elektif tidak efisien dan berisi aktivitas yang non-value-added kepada pasien. Jadi urutan langkah-langkah kerja proses direkonstruksi, langkah-langkah yang tidak perlu dihilangkan, dan beberapa langkah dikonsolidasikan sebagai upaya perbaikan untuk menghilangkan kegiatan-kegiatan yang non-value-added dan menyederhanakan proses. Dengan demikian dibuat to-be process diagram sebagai solusi yang diusulkan untuk menggambarkan proses operasi elektif lebih efisien, mengurangi waktu tunggu, meningkatkan kepuasan pasien, dan berpotensi mengurangi biaya.