Penelitian ini berangkat dari kebutuhan akan pendekatan desain rumah sakit yang lebih efisien dan adaptif terhadap tantangan spasial, iklim, dan kinerja pencahayaan alami. Rumah Sakit Salman, yang dirancang sebagai rumah sakit kelas B di kawasan Soreang, menjadi studi kasus utama untuk mengeksplorasi integrasi metode parametrik dalam tahapan desain arsitektural. Keterbatasan lahan, akses yang terbatas dari satu sisi, serta kebutuhan akan tata kelola sirkulasi vertikal yang efektif, menjadi latar belakang utama bagi pengembangan sistem rancangan berbasis performa. Studi ini mengkombinasikan preferensi massa perancang dengan metode generatif berbasis algoritma evolusioner guna menghasilkan konfigurasi spasial yang optimal.
Metodologi penelitian ini terdiri atas empat tahap: pemetaan preferensi bentuk massa sesuai konteks tapak, pemetaan spasial departemen berdasarkan kedekatan fungsional, simulasi otomatisasi zonasi menggunakan Wallacei, serta penyesuaian desain berdasarkan hasil zonasi dengan pendekatan semi-manual. Dalam proses ini, setiap departemen rumah sakit direpresentasikan sebagai node spasial yang dihubungkan berdasarkan kebutuhan akses, hierarki pelayanan, serta kebutuhan pencahayaan alami. Grid permukaan fasad dievaluasi berdasarkan parameter performatif seperti total incident radiation dan direct sun hours untuk menentukan posisi bukaan optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan parametrik memungkinkan desain rumah sakit menjadi lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan teknis, lingkungan, dan fungsi pelayanan kesehatan. Evaluasi terhadap alternatif iterasi desain menghasilkan konfigurasi spasial yang lebih efisien, dengan pencapaian performa pencahayaan alami yang cukup representatif meskipun tanpa simulasi daylight autonomy secara penuh. Metode ini membuktikan potensi pemanfaatan algoritma evolusioner dalam proses perancangan arsitektur rumah sakit di Indonesia, khususnya dalam mengintegrasikan kinerja ruang dengan fleksibilitas bentuk massa bangunan.
Perpustakaan Digital ITB