digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT. “Stripe Oil Indonesia” beroperasi di Riau Sumatera dengan kapasitas produksi 200,000 barel minyak per hari dan mengoperasikan lebih dari 530 km jaringan pipa. Banyak jaringan pipa yang telah melampaui umur rencana dan telah beroperasi lebih dari 50 tahun dengan potensi kebocoran yang tinggi yang menyebabkan kerugian produksi. Untuk memperpanjang umur operasi pada pipa eksisting, proyek perbaikan pipa dimulai pada tahun 2019. Tugas akhir ini mempelajari peningkatan pada program kualitas untuk proyek perbaikan pipa pemasangan sleeve. Berdasarkan data aktual, tim proyek mengalami keterlambatan dalam 2 bulan pertama (Januari dan Februari 2019) dimana tim proyek hanya berhasil memasang 1.197 pasang sleeve dari rencana 1.507 pasang sleeve pada akhir Februari 2019. Salah satu kontribusi utama keterlambatan tersebut adalah kegagalan pengelasan yang terjadi di bulan Januari 2019. Kegagalan pengelasan tersebut menyebabkan terjadinya kebakaran akibat burnthrough pada pipa eksisting. Analisis akar masalah insiden burn-through telah dilakukan dengan menemukan akar masalah yaitu kinerja juru las yang tidak memenuhi persyaratan proyek dan prosedur pengelasan yang perlu diperbaiki. Rekomendasinya adalah dengan mengukur kinerja juru las berdasarkan catatan data heat input dan menganalisa tingkat kegagalan dan indeks kemampuan. Penelitian ini menunjukkan bagaimana metodologi Six Sigma dengan menggunakan proses DMAIC dan metode statistik dapat diterapkan dengan sukses dalam proyek perbaikan pipa untuk mengatasi masalah pengurangan cacat las, peningkatan kinerja kualitas, dan pencapaian target proyek. Hasil analisis menunjukkan peningkatan kinerja kualitas dimana tingkat kegagalan las terus menurun serta indeks kemampuan juru las terus meningkat, dan pada akhir tahun 2019 dapat menyelesaikan pemasangan sleeve di atas target proyek. Tim proyek juga berhasil mencapai tahap kontrol dengan mencapai level Six Sigma. Peningkatan juga terjadi pada kinerja keselamatan dimana berhasil mencapai nihil insiden akibat kegagalan pengelasan selama 2 tahun. Dari sisi bisnis, penghematan biaya mencapai 28% dari anggaran yang telah disetujui.