Salah satu strategi investasi yang mendapatkan popularitas pada dekade terakhir adalah rotasi sector. Asal usul strategi rotasi sektor dimulai pada tahun 1926 ketika Biro Riset Ekonomi Nasional AS menemukan siklus ekonomi yang cukup konsisten sejak tahun 1854. Pada dasarnya, rotasi sektor berputar antara portofolio dan/atau kelas aset menurut apa yang paling diuntungkan dari keadaan saat ini. ekonomi atau siklus bisnis yang umumnya ekspansi, kontraksi, resesi, dan pemulihan. Seiring waktu, konsep rotasi sektor berkembang pada metrik dan indikator yang lebih kompleks dan beragam untuk meningkatkan ketepatannya dalam mengukur siklus ekonomi dan melibatkan kelas aset yang berbeda. Namun, hanya ada sedikit studi tentang bagaimana kinerja rotasi sektor di Indonesia jika biaya transaksi diterapkan, bagaimana kinerjanya pada portofolio ekuitas penuh dibandingkan dengan metode manajemen aset lainnya, dan bagaimana kriteria pemilihan saham akan mempengaruhi kinerjanya. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan simulasi historis dengan menerapkan biaya transaksi menggunakan tiga indikator rotasi sektor yang berbeda berdasarkan frekuensi perubahannya yaitu suku bunga, indeks kekuatan relatif, dan indeks volatilitas. Indikator tersebut kemudian dipasangkan dengan tiga portofolio yang berbeda berdasarkan tiga pendekatan pemilihan saham yaitu value stock, growth stock, dan liquid stock dari pasar saham Indonesia. Analisis kinerja kemudian dilakukan dengan menggunakan metode diversifikasi pada portofolio yang sama sebagai benchmark untuk menganalisis dampak rotasi sektor dibandingkan dengan manajemen aktif diversifikasi yang lebih sederhana. Penelitian ini menggunakan total 32 saham dan simulasi rangka waktu 15 tahun dari bulan Oktober 2006 sampai dengan September 2021. Metrik kinerja yang digunakan untuk menganalisis hasil adalah pengembalian tahunan, pengembalian yang disesuaikan dengan risiko, korelasi, alfa dan beta. Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa dengan menggunakan strategi diversifikasi sebagai pembanding, strategi rotasi sektor secara konsisten memiliki korelasi yang tinggi, alpha tidak signifikan, perubahan beta yang meningkat sedangkan kelebihan pengembalian dan pengembalian risiko yang disesuaikan mungkin bervariasi di mana hal itu menunjukkan dampak positif pada nilai dan likuid saham tetapi negatif berdampak pada pertumbuhan stok. Selain itu, indikator yang lebih sensitif terhadap perubahan ekonomi mungkin tidak memberikan hasil yang lebih baik karena biaya peralihan juga meningkat. Terakhir, semua strategi tiga rotasi secara konsisten berkinerja lebih baik pada nilai dan stok likuid sementara berkinerja lebih buruk pada stok pertumbuhan. Ini mengarah pada kemungkinan argumen bahwa kriteria pemilihan saham adalah salah satu keadaan signifikan yang mempengaruhi kinerja strategi rotasi sektor.
Perpustakaan Digital ITB