digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mustafid Ihsan
PUBLIC Alice Diniarti

Singkong merupakan salah satu komoditas pangan utama yang dihasilkan di Indonesia dan memiliki banyak potensi. Salah satu bagian yang sangat berpotensi dari singkong adalah daunnya. Di Indonesia, daun singkong langsung dimanfaatkan sebagai bahan makanan seperti sayuran. Pengolahan daun singkong menjadi produk yang lebih bernilai dapat mewujudkan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan dengan adanya konsep biorefinery. Penerapan hidrolisis kimiawi dengan menggunakan konsentrasi senyawa yang tinggi dapat merusak kandungan asam amino pada hidrolisat, selain itu juga memakan biaya yang tinggi dan dapat mencemari lingkungan. Sedangkan hidrolisis enzimatik kurang efektif karena memerlukan beberapa tahapan dan diperlukan enzim yang spesifik. Alternatif metode yang dapat digunakan untuk mencapai degradasi optimum adalah menggabungkan hidrolisis secara kimiawi dan hidrolisis enzimatik (biologis). Oleh karena itu, degradasi daun singkong diawali dengan hidrolisis secara kimiawi pada temperatur 26 ± 2?C, pH 9, 10, dan 11 selama 48 jam, dan dilanjutkan dengan hidrolisis enzimatik dari residu padatan yang belum terdegradasi saat hidrolisis kimiawi melalui fermentasi selama 3 hari pada temperatur 26 ± 2?C dan pH 8 menggunakan bakteri Bacillus subtilis. Pada perlakuan hidrolisis kimiawi, degradasi daun singkong tertinggi yaitu sebesar 32,28% diperoleh pada konsentrasi NaOH dengan pH 11 dengan waktu hidrolisis 48 jam. Pada hidrolisis awal secara kimiawi, konsentrasi protein pada hidrolisat tertinggi yaitu sebesar 0,542 mg/mL diperoleh dari pelakuan konsentrasi NaOH dengan pH 11 dengan waktu hidrolisis 48 jam. Pada hidrolisis lanjutan secara enzimatik, konsentrasi protein tertinggi pada hidrolisat yaitu sebesar 1,077 mg/mL diperoleh dari substrat hasil hidrolisis kimiawi dengan konsentrasi NaOH pH 10 dengan waktu hidrolisis selama 48 jam. Konsentrasi protein tertinggi yaitu sebesar 1,089 mg/mL diperoleh dari substrat hasil hidrolisis kimiawi dengan konsentrasi NaOH pH 10 dengan penambahan sumber nitrogen berupa pepton. Perolehan hidrolisat protein tertinggi secara berurutan didapatkan yaitu dengan tanpa penambahan sumber nitrogen, penambahan sumber nitrogen organik, dan terakhir dengan penambahan sumber nitrogen anorganik.