digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

15317057_Ammardito Shafaat_Abstrak Tugas Akhir.pdf)u
PUBLIC Garnida Hikmah Kusumawardana

Dalam pelayanan air minum, diperlukan efisiensi sebesar mungkin dalam segala proses nya mulai dari produksi hingga distribusi nya. Untuk Perumda Air Minum Tirta Raharja, salah satu faktor yang menyebabkan efisiensi pengelolaan tidak maksimal adalah adanya kehilangan air pada sistem jaringan distribusi sehingga air yang diproduksi tidak seluruhnya dapat ditarifkan. IPA Cipageran-Cimahi merupakan salah unit pengolahan air terpenting milik Perumda Air Minum Tirta Raharja karena memiliki cakupan layanan terbesar (Kota Cimahi) dan produksi air yang paling banyak. Pada tahun 2020, IPA yang melayani 13.778 SR ini memiliki angka kehilangan air yang cukup tinggi, yaitu 49,29%. Hasil pembuatan neraca air pada wilayah ini menunjukkan bahwa nilai Air Tak Berekening (ATR) mencapai 54%, yang mana terdiri dari kehilangan air fisik sebesar 42%, kehilangan air non fisik (komersial) sebesar 3%, dan konsumsi resmi tak berekening sebesar 9%. Hal ini menyebabkan kerugian finansial sebesar Rp.6.825.480.724 setiap tahunnya. Nilai Infrastructure Leakage Index (ILI) menunjukkan nilai 22,65 yang berarti kehilangan fisik mencapai lebih dari 200 liter/sambungan/hari. Berdasarkan simulasi jaringan menggunakan EPANET 2.0, terdapat banyak junction dan pipa yang masih belum memenuhi standar tekanan dan kecepatan. Strategi penanganan kehilangan air di IPA Cipageran-Cimahi dibagi menjadi strategi penanganan teknis dan non teknis. Strategi penanganan teknis terdiri dari pendekatan District Metered Area (DMA), penambahan atau penggantian komponen, pengadaan pelatihan kepada petugas lapangan secara berkala, pengadaan kalibrasi meteran air pelanggan yang dilakukan secara berkala; melakukan kegiatan pendeteksian pencurian air secara berkala; melakukan inspeksi jalur distribusi secara berkala, dan melakukan pengecekan meteran yang sudah melebihi umur teknisnya. Selain itu juga terdapat strategi penanganan non teknis yang dilakukan dengan perencanaan program penurunan ATR berdasarkan siklus Plan, Do, Check, Action (PDCA). Berdasarkan hasil analisis finansial menggunakan dua skenario, program yang diusulkan layak ekonomis dengan nilai NPV>0, BCR>1, dan PBP selama 11 tahun 1 bulan dan 11 tahun 5 bulan.