digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Timbulan sampah dan kebutuhan energi merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian dunia dalam beberapa dekade terakhir. Faktor utama dalam meningkatkan timbulan sampah di suatu wilayah dan permintaan energi ditandai dengan peningkatan populasi suatu daerah, peningkatan timbulan sampah atau permintaan energi per kapita. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan pengembangan fasilitas pengolahan sampah menjadi energi listrik melalui tiga tahapan yaitu analisis timbulan sampah wilayah pelayanan, analisis teknologi pengolahan sampah, dan analisis tekno-ekonomik masing masing skenario teknologi. Penelitian ini menggunakan metodologi analisis tekno-ekonomi dengan pendekatan sistem dinamik dan pendekatan kelayakan ekonomi dengan parameter Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI) dan Levelized Cost of Electricity (LCOE). Model ekonomi diverifikasi dengan analisis sensitivitas untuk menentukan faktor yang paling berpengaruh terhadap kelayakan ekonomi skenario teknologi termal. Terdapat tiga skenario pengolahan sampah yang akan diterapkan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Regional Legok Nangka yaitu moving grate incinerator, fluidized bed incinerator dan gasifikasi dengan scenario Business as Usual (BaU) sanitary landfill tanpa pengolahan sebagai pembanding dasar terhadap scenario pengolahan termal. Hasil simulasi yang dilakukan pada timbulan sampah di wilayah pelayanan TPA Legok Nangka menunjukkan bahwa jumlah sampah yang masuk ke TPA naik seiring bertambahnya penduduk dan aktivitas ekonomi di wilayah yang menaikkan timbulan sampah per kapita dari 0,6 kg/orang/hari menjadi 0,72 kg/orang/hari. Pada skenario BaU diketahui TPA akan mengalami kelebihan kapasitas pada tahun ke 7 dibandingkan dengan skenario pengolahan dengan teknologi termal yang masih dapat bertahan hingga 10 tahun lebih. Skenario gasifikasi memberikan jumlah listrik yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan 2 skenario pengolahan dengan teknologi insinerator. Skenario insinerator dengan moving grate memberikan emisi udara paling rendah dibandingkan skenario teknologi pengolahan termal lainnya. Secara ekonomi, teknologi insinerator moving grate lebih layak untuk dikembangkan karena memiliki nilai NPV, IRR, PI yang lebih tinggi dibandingkan skenario pengolahan termal lain dan LCOE yang paling rendah.