PT. PAS adalah salah satu perusahaan dengan produksi minyak terbesar di Indonesia dengan rataan
produksi minyak 170 ribu barrel per hari di tahun 2020. Sejak tahun 2016, perusahaan telah bertransformasi dan berfokus pada peningkatan efisiensi operasi dan mengutakaman pekerjaan workover dan well service untuk mempertahankan penurunan laju produksi. Salah satu usaha yang diterapkan untuk memperbaiki sumur minyak adalah dengan melakukan pekerjaan acidizing, dimana diharapkan dengan pekerjaan ini dapat membersihkan formasi dari scale, parafin dan debris lainnya sehingga produksi per sumur dapat ditingkatkan. Data dua tahun sebelumnya, ditemukan terjadi kegagalan pada aktivitas pengurasan fluida acid sumur dengan rataan kegagalan 2-3% dari total pekerjaan acid per tahunnya. Kegagalan dalam aktivitas ini menyebabkan secara operasional rig workover dan well service harus diperbantukan dan ini menyebabkan adanya tambahan biaya yang tidak direncanakan sebelumnya. Selain itu, akibat dari kegagalan tersebut juga menyebabkan adanya tambahan Loss Production Opportunity yang menyebabkan kerugian pada perusahaan. Total kerugian yang terhitung adalah sebesar $52,000 di tahun sebelumnya.
Sebuah tim proyek dibentuk dengan tujuan untuk mencari akar penyebab dari kegagalan dalam aktivitas
pengurasan fluida acid tersebut serta menemukan solusi untuk permasalahan tersebut. Dengan
menggunakan metode Lean Six Sigma dan tahapan proses Define-Measure-Analyze-Improve-Control atau yang lebih dikenal dengan DMAIC, tim akan melakukan proses perbaikan dengan tujuan mencegah
kegagalan pada aktivitas pengurasa fluida acid dan menghindarkan kerugian akibat biaya rig. Pada tahapan Define, tim melakukan penilaian apakah proyek bisa dijalankan dan apa batasan serta indikator
keberhasilan dari proyek perbaikan. Langkah selanjutnya di tahapan Measure, pemetaan terhadap urutan
aktivitas, penentuan parameter dan pengumpulan data dikumpulkan sebagai baseline dari data awal. Di
tahapan Analyze, tim proyek melakukan analisa dan menemukan bahwa kecilnya laju aliran masuk ke
pompa dan kemungkinan tidak berfungsinya bagian dari plunger adalah penyebab kegagalan.
Pada fase berikutnya di bagian Improve, ada dua solusi untuk permasalahan yang dirumuskan oleh tim
proyek, yaitu penggunaan killing line atau penggunaan unit WCT yang biasa digunakan untuk killing well.
Dari penilaian dan analisis terhadap keuntungan dan kelemahan masing-masing solusi, solusi penggunaan killing line dipilih karena keunggulannya dari sisi keamanan, kemudahan dan efisiensi.
Dari percobaan terhadap 18 sumur yang dilakukan pada periode Mei-Juni 2021 dengan menggunakan solusi terpilih, didapatkan hasil tidak adanya kegagalan pada saat pengurasan fluida acid dan rata-rata cycle time dalam menyelesaikan proses pekerjaan adalah 184 jam untuk setiap pekerjaan. Hasil ini menunjukkan
perbaikan yang jika dihitung, mendatangkan keuntungan sekitar $6,625 akibat dari semakin cepatnya sumur diproduksikan. Tahapan control akan dilakukan dalam periode 1 tahun ke depan dengan implementasi
secara penuh terhadap semua sumur yang dikategorikan masuk dalam kriteria.
Perpustakaan Digital ITB