digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Solehudin
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Solehudin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Solehudin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 2 Solehudin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 3 Solehudin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 4 Solehudin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 5 Solehudin
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 6 Solehudin
PUBLIC Alice Diniarti

PUSTAKA Solehudin
PUBLIC Alice Diniarti

DAS-DAS yang bermuara di Teluk Jakarta berpotensi menjadi sumber air baku Jabodetabek masa depan melalui rekayasa teknik. Namun, alih fungsi lahan diprediksi dapat menurunkan kuantitas dan kontinuitas debit andalan DAS-DAS tersebut. Maka dari itu, penelitian terkait analisis perubahan tutupan lahan, dan pengaruhnya terhadap ketersedian air (debit andalan), serta analisis neraca air dan perhitungan kebutuhan volume tampungan menjadi penting dilakukan. Penelitian ini dilakukan berbasis Citra Landsat, data hidroklimatologi dan kependudukan. Pada penelitian ini, tutupan lahan direpresentasikan oleh perubahan dua parameter model limpasan, yakni CN dan impervious, dimana dalam simulasinya menggunakan HEC-HMS. Analisis perubahan tutupan lahan tahun 1976, 1998 dan 2019 menunjukan adanya tren peningkatan areal terbangun, dari 394 km2 (13%) pada tahun 1976-an menjadi 1287 km2 (44%) pada tahun 2019-an. Sementara itu, terjadi penurunan luas hutan, khususnya di hulu DAS Ciliwung dan Bekasi, dari 279 km2 (9,5%) tahun 1976 menjadi 152,35 km2 (5,2%) pada tahun 2019. Sepanjang 1980-2050, Q50% di seluruh DAS penelitian diprediksi mengalami penurunan sebesar 1,65 m3/s. Sementara Q80% dan Q95%, total penurunan mencapai 21,17 m3/s dan 22,47 m3/s. DAS Angke adalah yang mengalami penurunan debit andalan paling besar akibat perubahan tutupan lahan, yakni >5 m3/s. Neraca air di masa depan menunjukan selisih ketersediaan dan kebutuhan yang semakin besar. Pada kondisi eksisting, neraca air Q50% di seluruh DAS masih menunjukan surplus, namun di masa depan neraca air Q50% maupun Q80% seluruhnya mengalami defisit. Meskipun demikian, defisit tidak terjadi sepanjang tahun, namun hanya terjadi pada bulan kering, sehingga terdapat 1,21 milyar m3 debit surplus di bulan basah (Q50%) yang dapat ditampung untuk mengatasi defisit di bulan kering.