digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Murni Naomi Hotmauli
PUBLIC Resti Andriani

Kebutuhan energi listrik Indonesia semakin bertambah dari tahun ke tahun karena peningkatan pertumbuhan penduduk dan kebijakan pemerintah seperti Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan Program Listrik 35.000 MW. Energi untuk ketenagalistrikan di Indonesia masih didominasi oleh energi fosil terutama batubara. Sumberdaya batubara sebesar 143,73 miliar ton dan cadangan sebesar 38,8 miliar ton tersebar di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara tersebar di seluruh Indonesia dan membutuhkan pasokan batubara dari produsen batubara. Ketersediaan potensi batubara yang tidak merata menyebabkan distribusi pemenuhan menjadi tantangan yang perlu dihadapi. Untuk memahami fenomena ini, dilakukan peramalan produksi batubara dan konsumsi batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik di Indonesia serta optimasi alokasi sumberdaya. Produsen batubara dikelompokkan dalam cekungan Ombilin, Bengkulu, Central Sumatera, South Sumatera, Tarakan, Kutai, dan Barito. Peramalan produksi menggunakan Kurva Pertumbuhan Gompertz dengan melihat nilai Ultimate Recoverable Reserves (URR). Kurva Gompertz menunjukkan titik maksimal produksi cekungan-cekungan terjadi pada tahun 2034-2035. Konsumsi listrik sebagai bahan bakar diramal dengan metode Autoregressive Distributed Lag (ARDL) dan Tren. Konsumen batubara dibagi dalam wilayah North Sumatera, South Sumatera, West Java, East Java, North Kalimantan, South Kalimantan, North Sulawesi, South Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku-Papua. Optimasi alokasi dilakukan dengan program linier dengan fungsi tujuan meminimasi biaya pengadaan. Optimasi menghasilkan jumlah pasokan batubara optimal setiap tahun dari tiap cekungan ke wilayah konsumen dengan produsen terbesar yaitu cekungan South Sumatera, Kutai, dan Barito untuk jangka panjang 10 tahun ke depan.