Pemanfaatan biomassa, khususnya serbuk gergaji (sawdust), sebagai bahan baku
co-firing di PLTU Adipala merupakan salah satu strategi PT PLN (Persero) untuk
mempercepat transisi energi hijau dan mengurangi ketergantungan pada batu bara.
Namun, implementasi strategi ini menghadapi tantangan pada aspek rantai pasok,
khususnya terkait biaya pengadaan, transportasi, dan penyimpanan biomassa yang
efisien. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana merancang model
penentuan jumlah pasokan optimal serbuk gergaji dengan meminimalkan biaya
pengadaan, transportasi, dan penyimpanan agar mampu mendukung kelancaran
program co-firing secara berkelanjutan. Model hasil pengembangan ini selanjutnya
diterapkan untuk PLTU Adipala. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode linear programming (LP) yang dirancang dalam skema
single-item. Data yang digunakan berasal dari delapan pemasok sawdust di wilayah
sekitar Cilacap (Ngelosari, Pagelarang, Alas Malang, Purwasaba, Jatiroto, Jatijajar,
Kutaliman, dan Wates) dengan periode observasi 2022–2024. Tahapan penelitian
meliputi pengumpulan data, penentuan parameter, serta uji coba model untuk
menilai efisiensi biaya pengadaan, transportasi, dan penyimpanan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model mampu meminimalkan total biaya sekaligus
menentukan jumlah pasokan biomassa yang optimal, termasuk skenario pemilihan
pemasok terbaik ketika terjadi kekurangan pasokan di salah satu lokasi pada periode
2022–2024. Hasil uji coba menunjukkan bahwa model mampu menurunkan total
volume pasokan biomassa hingga 10,8% pada tahun 2024, setelah sebelumnya
mencatat kenaikan pasokan sebesar 5–8% pada periode 2022–2023 sebagai respons
terhadap peningkatan jumlah pemasok. Penurunan volume pada tahun terakhir
disertai dengan efisiensi biaya total sebesar 13,2%, yang menunjukkan bahwa
model berhasil memberikan hasil yang optimal antara kapasitas pasokan dan
efisiensi biaya distribusi biomassa. Secara praktis, temuan ini memberikan
implikasi manajerial dalam memilih kombinasi pemasok paling efisien dan
merencanakan distribusi biomassa (rute pengiriman dan volume pasokan) secara
lebih terstruktur dalam rangka meminimalkan biaya tambahan akibat fluktuasi atau
ketidakteraturan pasokan.
Perpustakaan Digital ITB