Pertambahan penduduk mempengaruhi kebutuhan akan air yang meningkat secara kuantitas seiring dengan permintaan peningkatan kualitas dan kontinuitas. Hal tersebut terjadi di daerah Kabupaten Bandung yang mengalami potensi penurunan kualitas air bersih terjadi terutama pada kecamatan Ciparay, Dayeuhkolot dan Margaasih karena kegiatan manusia. Selain itu pergeseran pola sumber air minum menjadi air minum isi ulang di daerah tersebut sangat berpotensi terkontaminasi. Oleh karena itu dilakukan penilaian risiko kesehatan masyarakat akibat dari pemakaian air bersih untuk keperluan air minum dan higiene sanitasi. Karakterisasi risiko dilakukan dengan metode kuantitatif dengan menghitung nilai Hazard Quotient (HQ), Hazard Index (HI), Excess Cancer Risk (ECR) disertai penggunaan analisis Monte Carlo. Hasil penelitian menunjukkan kualitas air minum isi ulang melebihi baku mutu Permenkes 492/2010 pada parameter E.Coli, Total Coliform, dan logam berat (Fe, Al, Se) serta kualitas air higiene sanitasi melebihi baku mutu Permenkes 32/2017 pada parameter E.Coli, Total Coliform, logam berat (Cr, Mn dan Hg). Pajanan dermal dan oral akibat penggunaan air bersih menunjukkan adanya risiko non – karsinogenik (HI > 1) pada 4 kategori yaitu dewasa – Ciparay (1,12), anak – Ciparay (1,45), anak – Margaasih (1,13) dan anak - Dayeuhkolot (1,24). Risiko karsinogenik juga terjadi (ECR > 1x10-4) yaitu 1,05 x 10-4 pada kategori dewasa di Kecamatan Ciparay sebagai area pertanian. Upaya pengolahan air bersih serta bentuk evaluasi kualitas air bersih perlu dilakukan oleh pemerintah serta perencanaan tataguna lahan juga diperlukan agar risiko kesehatan masyarakat dapat berkurang.
Perpustakaan Digital ITB