digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Astri Pradiptaningtyas
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Astri Pradiptaningtyas
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Astri Pradiptaningtyas
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Astri Pradiptaningtyas
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Astri Pradiptaningtyas
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

Industri minyak dan gas (migas) Indonesia diharapkan menjadi sumber energi di Indonesia. Namun pemanfaatan bahan bakar fosil telah berkontribusi dalam meningkatkan jumlah emisi gas rumah kaca. Gas rumah kaca dapat bertahan lama di atmosfer dan berkontribusi pada pemanasan global. Baru-baru ini, untuk memerangi perubahan iklim dan meningkatkan investasi hijau, Persetujuan Paris telah dibuat oleh 196 pihak dalam melaksanakan rencana perubahan iklim. Banyak perusahaan migas yang berkomitmen untuk mencapai target tersebut. Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi upaya mereka dalam menurunkan emisi. Tinjauan pustaka dan wawancara dengan pemangku kepentingan utama dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi dan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi upaya penurunan emisi gas rumah kaca di industri hulu migas Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah tren global dan kesepakatan lingkungan yang mengikat untuk mendorong penerapan mekanisme pajak karbon & pasar karbon, ketersediaan insentif, ketersediaan teknologi mutakhir dan profitabilitas industri itu sendiri. Model sistem dinamik kemudian dikembangkan berdasarkan faktor-faktor tersebut untuk mengukur dampaknya terhadap penurunan emisi gas rumah kaca dan profitabilitas industri. Ada dua belas skenario yang dikembangkan dari empat kelompok skenario, yaitu penemuan besar, teknologi mutakhir, insentif dari pemerintah, dan pajak karbon. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa penerapan mekanisme pajak karbon akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan penerapan teknologi mutakhir akan menurunkan profitabilitias tetapi secara signifikan menurunkan emisi. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa pengembangan berkelanjutan untuk energi berbasis bahan bakar fosil akan menyebabkan emisi yang tinggi dan risiko investasi yang tinggi terkait dengan perjanjian pengurangan emisi yang semakin mengikat. Titik balik akan terjadi ketika terdapat dukungan pemerintah dalam memberikan persyaratan emisi yang selaras dengan Persetujuan Paris seperti insentif sehingga mendorong upaya penurunan emisi di industri hulu migas