digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pandemic Covid-19 di Indonesia sudah terjadi selama kurang lebih 2 tahun. Melonjaknya kasus paparan Covid-19 di Kota Bandung, sempat membuat kota ini memiliki label zona merah untuk kasus penularan Covid-19. Kondisi pandemic yang seperti ini berpotensi untuk menimbulkan stress pada tenaga medis yang bekerja di rumah sakit, termasuk di RSAU dr. M. Salamun Bandung. Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit rujukan untuk pasien Covid-19. Situasi berkepanjangan untuk mengalami stress secara emosional sebagai dampak dari kondisi pandemik dapat mengakibatkan Burnout pada tenaga medis di RSAU dr. M. Salamun Bandung. Maka dari itu, diperlukan penguatan terhadap Resilience at Work pada tenaga medis guna menghindari terjadinya Burnout. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Data dalam kuesioner ini diambil melalui kuesioner online yang disusun menggunakan Google Form dan didistribusikan melalui WhatsApp Messenger dari kepala keperawatan dan Komite Etik di rumah sakit dengan menggunakan metode random sampling kepada 104 tenaga medis. Kuesioner Resilience at Work disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori inti dan untuk kuesioner Burnout, peneliti menggunakan Copenhagen Burnout Inventory (CBI) yang dikembangkan oleh peneliti sebelumnya di India untuk mengukur Burnout pada tenaga medis. Hasil dari analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan negative dan signifikan antara Resilience at Work dengan Burnout. Berdasarkan hasil analisis regresi, dimana terdapat hubungan negatif dan signifikan antara Resilience at Work dan Burnout, maka Resilience at Work dibutuhkan oleh tenaga medis di RSAU dr. M. Salamun bandung untuk dapat mencegah terjadinya Burnout karena harus bekerja selama masa pandemi Covid-19. Diperlukan beberapa rencana implementasi untuk menguatkan Resilience at Work pada tenaga medis