digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Suryadi
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Muhammad Suryadi
PUBLIC Resti Andriani

BAB 2 Muhammad Suryadi
PUBLIC Resti Andriani

BAB 3 Muhammad Suryadi
PUBLIC Resti Andriani

BAB 4 Muhammad Suryadi
PUBLIC Resti Andriani

BAB 5 Muhammad Suryadi
PUBLIC Resti Andriani

BAB 6 Muhammad Suryadi
PUBLIC Resti Andriani

PUSTAKA Muhammad Suryadi
PUBLIC Resti Andriani

Tambang Batu Hijau merupakan salah satu tambang tembaga dan emas yang terbesar di Indonesia yang telah berproduksi sejak tahun 2000. Sesuai dengan rencana-tambang (mine-plan) BH2014BPv2 maka diperkirakan kegiatan penambangan aktif akan berakhir pada tahun 2027 dan selanjutnya hanya mengolah bijih di stockpile yang kandungan tembaganya rendah sampai sedang sampai awal tahun 2037. Setelah kegiatan tambang berakhir maka akan terbentuk lubang-tambang (pit-hole) dengan diameter rata-rata 2.749 m, kedalaman 705 m (dari ketinggian -390 mRL sampai 315 mRL) dan diperkirakan pit-hole dapat menampung air 807.773.048 m3 dan akan menjadi sebuah lubang tambang yang disebut lubang tambang. Penelitian ditujukan untuk mengetahui lamanya waktu pengisian lubang tambang sampai mencapai titik limpas di 260 mRL. Hal ini penting diketahui karena sangat erat hubungannya dengan biaya operasional setelah kegiatan penambangan berakhir sampai air lubang tambang melimpas masuk ke badan air di lingkungan luar tambang. Durasi pengisian lubang tambang juga berkaitan erat dengan kualitas air lubang tambang yang akan melimpas artinya semakin lama waktu tinggal (retention time) air didalam lubang tambang diharapkan kualitas air lubang tambang akan semakin baik. Hal ini diharapkan terjadi reaksi kimia (pengendapan logam) yang lebih banyak. Untuk mendapatkan durasi pengisian yang tepat maka dibuat skenario pengisian yang disesuaikan dengan karateristik dan peran setiap komponen air yang masuk ke dalam lubang tambang. Model simulasi pengisian lubang tambang menggunakan 6 skenario dengan perlakuan tailing hasil pemrosesan stockpile ditempatkan di dasar lubang tambang atau tetap dialirkan ke fasilitas DSTP yang selama ini dilakukan. Hasil simulasi diketahui waktu pengisian lubang tambang tanpa menempatkan tailing membutuhkan waktu antara 45,4-51,6 tahun, sedangkan apabila tailing dialirkan ke dasar lubang tambang hanya memerlukan waktu antara 23,3-26,3 tahun saja untuk mencapai titik limpas di 260 mRL. Perbedaan waktu antara menempatkan dan tidak menempatkan tailing ke dasar lubang tambang antara 21-25 tahun. Diperkirakan simulasi dengan skenario #2 merupakan yang terbaik, karena masuknya tailing ke dasar lubang tambang bersamaan dengan dialirkan air kualitas baik dari kawasan hutan dan selanjutnya air rembesan mengalir diatas endapan tailing begitu penempatan tailing selesai. Diharapkan terjadi stratifikasi yang baik karena perbedaan densitas antara air bersih (kawasan hutan dan curah hujan), air rembesan dan tailing.