digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sampah makanan menjadi salah satu isu global. Peningkatan timbulan sampah makanan dapat menyebabkan berbagai masalah mulai dari lingkungan, sosial, dan ekonomi. Secara keseluruhan, biaya yang perlu dikeluarkan sebagai upaya untuk menangani dampak yang ditimbulkan dari sampah makanan mencapai 2,6 triliun/tahun. Sampah makanan dapat dihasilkan dalam semua tahapan pada rantai pasokan makanan mulai dari tahap produksi hingga konsumen. Sektor rumah tangga disebut sebagai kontributor terbesar dalam keseluruhan rantai pasokan makanan. Perilaku konsumen dalam menangani makanan dianggap sebagai salah satu masalah yang dapat memengaruhi jumlah sampah makanan. Akan tetapi, perilaku konsumen juga dapat didorong oleh pemahaman dan persepsi konsumen terkait sampah makanan. Food waste behavior tidak hanya dipengaruhi oleh variabel tunggal, melainkan terdapat berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi berbagai faktor yang memengaruhi timbulan sampah makanan dan faktor yang memengaruhi masyarakat dalam mengurangi sampah makanan pada sektor rumah tangga di Kota Bandung. Terdapat 2 konseptual model yang dibangun berdasarkan tinjauan literatur. Model food waste behavior digunakan untuk memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulan sampah makanan. Self-reported food waste digunakan untuk memperkirakan banyaknya sampah makanan yang dihasilkan. Faktor psikologi yang terdiri dari intensi, kesadaran lingkungan, pertimbangan keuangan, dan norma sosial dikombinasikan dengan perilaku dalam rutinitas penyediaan makanan untuk memahami food waste behavior. Rutinitas penyediaan makanan yang diteliti meliputi perencanaan, belanja, penyimpanan, memasak, konsumsi makanan, penanganan makanan tersisa, dan penanganan sampah makanan. Berikutnya, model partisipasi masyarakat dalam pengurangan sampah makanan yang diteliti terdiri dari aktivitas pemilahan sampah makanan dan pengomposan. Adapun, variabel bebas yang ditinjau adalah tingkat pengetahuan, informasi dari media massa, edukasi dan pelatihan, kader lingkungan, dan pengelola sampah makanan. Selain itu, faktor sosio-demografi yang terdiri dari umur, pendidikan, pendapatan, pengeluaran, jumlah dan komposisi anggota rumah tangga juga ditambahkan ke kedua model. Responden yang dituju adalah orang-orang yang memiliki tanggung jawab terhadap penyediaan makanan di rumah tangga. Instrumen survei berupa kuesioner online digunakan untuk mengumpulkan data. Pretesting dilakukan melalui 15 responden untuk memastikan tidak ada intruksi atau susunan kata yang mengandung ambiguitas. Di samping itu, uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan 37 responden untuk memastikan instrumen pengukuran valid dan reliabel sebelum penelitian utama dilaksanakan. Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data untuk studi utama. Data yang terkumpul sebanyak 426 responden. Setelah dilakukan pengahapusan terhadap outlier, data yang tersisa berjumlah 406. Model food waste behavior dianalisis menggunakan partial least squares-structural equation modeling dengan bantuan software SmartPLS 3. Hasilnya adalah rutinitas penyediaan makanan berupa rutinitas belanja dan konsumsi makanan dapat memengaruhi timbulan sampah makanan. Selain itu, nilai-nilai berupa kesadaran lingkungan dan norma sosial memiliki pengaruh terhadap timbulan sampah makanan. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap model usaha pengurangan sampah melalui analisis regresi logistik dengan bantuan software SPSS 26. Pemilihan variabel dalam model regresi logistik dilakukan menggunakan metode backward elimination dan diawali dengan analisis univariabel. Hasilnya adalah aktivitas pemilahan sampah makanan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan terkait pemilahan, informasi dari media massa, pelatihan dan edukasi, usia, dan pekerjaan. Sementara itu, aktivitas pengomposan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan terkait pengomposan, keberadaan kader lingkungan, dan usia. Kesediaan terkait usaha pengurangan sampah makanan juga dipertimbangkan dalam kuesioner. Hasil menunjukkan bahwa responden memiliki kesediaan yang tinggi dalam melakukan pemilahan sampah makanan, pengomposan secara mandiri, dan penyaluran sampah makanan ke pengelola sampah makanan. Dengan mengetahui predikor penting pada food waste behavior dan prediktor partisipasi masyarakat dalam pengurangan sampah makanan, diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk pembuatan strategi pencegahan dan pengurangan sampah makanan di masa depan.