Pemerintah melalui Kementerian ESDM mendorong seluruh Perusahaan tambang
batubara untuk menjalankan program pemberdayaan masyarakat serta
peningkatan nilai tambah terhadap void yang terbentuk dari kegiatan
penambangan sesuai dengan UU no 4 tahun 2009 serta Keputusan Menteri Energi
dan Sumberdaya Mineral nomor 1827 tahun 2018. PT Berau Coal merupakan
salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia dengan luas 108.009 Ha.
Salah satu implikasi dari kegiatan penambangan terbuka yaitu terbentuknya
lubang bekas tambang, salah satunya adalah void H3 yang berada di Site
Binungan yang memiliki kapasitas tampungan air sebesar 6.158.593 M
3
yang
memliki potensi sebagai sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar tambang.
PT Berau Coal dalam kegiatan penambangan berada disekitar Kampung
dampingan yang salah satunya adalah Kampung Pegat Bukur yang berjarak 670 m
dari void H3 Site Binungan. Kampung Pegat Bukur memiliki populasi 2.810 jiwa
dengan kondisi saat ini belum memiliki fasilitas pengolahan air bersih standar
yang dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat kampung.
Atas permasalahan yang ditetapkan di atas berdasarkan interview mendalam
dengan stakeholder penting baik masyarakat, pelaksanaan program CSR di PT
Berau Coal maupun Pemeintah Daerah Kab Berau, maka PT Berau Coal
melakukan pengembangan terhadap program fasilitas dasar berupa instalasi
pengolahan air bersih, untuk melihat atas kelayakan dari investasi tersebut
peneliti melakukan perhitungan dengan menggunakan analisa capital budgeting
yang mempertimbangkan aspek sosial serta social return on investment (SROI)
sehingga dapat melihat lebih komprehensif atas benefit yang diterima oleh
masyarakat terhadap investasi yang telah dilakukan.
Riset yang dilakukan menunjukkan investasi pengolahan air bersih dengan skema
(parameter harga air bersih sebesar Rp 5.000, jumlah jam kerja sebesar 22 jam,
jumlah pekerja 2 orang, kapasitas air bersih sebesar 58.806 M dan kapasitas air
minum sebesar 206.337 galon) yang lebih layak dengan nilai sosial net present
value (Social NPV) tertinggi sebesar Rp 6.025.365.108. Selanjutnya nilai SROI
tertinggi pada skema kerja sama yang dilakukan antara PT Berau Coal, Badan
Usaha Milik Kampung (BUMK) dan PDAM sebesar 5,85. Selanjutnya analisa
sensitivitas menunjukkan jumlah jam kerja harian menjadi variable yang paling
sensitif terhadap nilai Social NPV.
Perpustakaan Digital ITB