digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Amerika Serikat dan China adalah mitra dagang terbesar di dunia dengan nilai perdagangan lebih dari US $600 miliyar, dimana surplus perdagangan China meningkat setiap tahunnya. Amerika Serikat menuduh China melakukan manipulasi nilai mata uang dan pelanggaran hak kekayaan intelektual untuk mendorong perdagangan internasional China. Berdasarkan United States Trade Representative (USTR) Section 301 dalam pemerintahan Trump, Amerika Serikat memberlakukan tarif atas barang impor dari China. China membalas atas tarif yang dikenakan pemerintah Amerika Serikat. Indonesia memiliki hubungan yang lebih dengan dengan China pada perdagangan internasional dan foreign direct investment (FDI). Keadaan ekonomi di China akan berdampak pada Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dampak pemerintahan Trump dan variable makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama perang dagang Amerika Serikat-China. Selanjutnya menguji pola dan korelasi pasar saham Amerika Serikat, China, dan Indonesia menggunakan Gravity Model. Penelitian ini menggunakan data series bulanan selama periode Januari 2009 – Desember 2019. Pengolahan data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan pengujian asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintahan Trump memiliki dampak negatif, New York Stock Exchange (NYSE) dan Shanghai Stock Exchange (SSE) memiliki dampak positif, suku bunga Bank Indonesia memiliki dampak negatif, Suku bunga bank sentral Amerika dan bank sentral China memiliki dampak positif, kurs dollar Amerika Serikat memiliki dampak positif, kurs Renminbi China memiliki dampak negatif, economic distance Jakarta – New York memiliki koefisien negatif dan economic distance Jakarta – Shanghai memiliki koefisien positif. Juga membuktikan Gravity Model pada hubungan pasar saham bahwa kapitalisasi pasar yang besar lebih memiliki pengaruh daripada kapitalisasi pasar yang kecil.