Sebagai objek yang yang bersifat tangible, setiap objek budaya benda memiliki
potensi kerusakan di masa depan yang dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti
misalnya bencana alam, peperangan, vandalisme, pelapukan objek, dan lain-lain.
Adanya potensi kerusakan terhadap objek-objek tersebut mendorong
diaplikasikannya metode dokumentasi 3D yang bernama fotogrametri dan
pemindai laser. Kemampuan kedua teknologi tersebut untuk merekam objek fisik
pada dunia nyata kedalam data digital telah dianggap sebagai metode
pendokumentasian dengan akurasi yang tinggi. Meskipun demikian, metode
tersebut belum banyak diterapkan di Indonesia. Kondisi tersebut disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu tingginya biaya alat pendokumentasian, terbatasnya jumlah
sumber daya manusia dan kurangnya penguasaan terhadap teknologi-teknologi
baru.
Keberadaan smartphone dengan kamera yang semakin baik kualitasnya dianggap
dapat dimanfaatkan sebagai alat fotogrametri yang praktis dan terjangkau. Namun,
penelitian yang membahas penggunaan fotogrametri berbasis smartphone masih
sangat sedikit jumlahnya, sehingga prosedur pengunaan yang optimal dan kualitas
data yang dihasilkan belum diketahui secara pasti. Untuk mengetahui hal tersebut,
dalam penelitian ini telah dilakukan eksperimen-eksperimen guna mengetahui
bagaimana kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan fotogrametri berbasis
smartphone terhadap ragam karakteristik objek. Hasil dari eksperimen tersebut
menunjukan penggunaan fotogrametri berbasis smartphone mampu
menghasilkan kualitas data yang menyamai penggunaan kamera DSLR dengan
waktu akusisi data yang lebih cepat. Hasil dari eksperimen tersebut kemudian
digunakan sebagai dasar perancangan prosedur penggunaan fotogrametri berbasis
smartphone sebagai metode dokumentasi objek budaya.