Destination image yang dimiliki Bali mendorong berkembangnya pariwisata medis.
Bentuk wisata ini tidak hanya menarik minat warga negara asing untuk berobat
sembari wisata ke Bali karena harganya yang terjangkau, tetapi juga warga negara
Indonesia yang membutuhkan perawatan penyakit kronis seperti kanker. Jenis
wisata bisa dikatakan menciptakan target pasar yang sangat besar di Bali
mencangkup pasien lokal dan asing dengan penyakit bawaan dan stadium penyakit
yang bervariasi. Namun meski telah dilakukan peningkatan kualitas rumah sakit
untuk mendukung pariwisata medis, hal tersebut tidak dibarengi dengan penyediaan
perawatan paliatif yang memadai. Hal ini terlihat dari jumlah pelayanan paliatif
yang tersedia tidak proporsional dengan jumlah penderita penyakit terminal yang
seharusnya mendapat perawatan. Perawatan paliatif sendiri merupakan pelayanan
kesehatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dalam hal fisik,
sosial, emosional dan juga spiritual serta memberikan dukungan bagi keluarga
dalam mendampingi pasien hingga pelayanan dukacita (World Health
Organization, 2016). Perawatan paliatif yang menitik beratkan pada dukungan
pasien dalam hal fisik, sosial, emosional, dan spiritual sebenarnya membutuhkan
fasilitas dimana rumah sakit tidak bisa penuhi karena skala dan kompleksitasnya
yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hospice
sebagai fasilitas perawatan paliatif terintegrasi dengan rangkaian tujuan terapeutik
yang dapat dicapai dengan perancangan lingkungan fisik yang baik. Proses desain
berfokus pada penerapan pendekatan therapeutic environment yang dapat
melengkapi kriteria desain dari tipologi hospice dalam menciptakan lingkungan
yang tepat untuk perawatan akhir kehidupan (EOL). Karena tipologi ini belum
berkembang di Indonesia, penelitian ini diharapkan bisa menjadi pilot project untuk
pengembangan fasilitas kesehatan di masa yang akan datang.