ABSTRAK Nadzifa Rahma Alifia
PUBLIC Alice Diniarti COVER Nadzifa Rahma Alifia
PUBLIC Alice Diniarti
BAB 1 Nadzifa Rahma Alifia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Nadzifa Rahma Alifia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Nadzifa Rahma Alifia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Nadzifa Rahma Alifia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Nadzifa Rahma Alifia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Nadzifa Rahma Alifia
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Pupuk merupakan kebutuhan utama industri pertanian. Pemakaian pupuk amonia
di Indoensia mencapai 798 ribu ton pada tahun 2018 (Lawi, 2019). Proses
konvensional produksi pupuk amonia dilakukan pada temperatur dan tekanan tinggi
yang mengkonsumsi energi yang besar dan membutuhkan biaya investasi yang
sangat besar, tersentralisir serta memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji cara alternatif produksi pupuk cair amonia, yaitu
dengan proses sintesis ammonia melalui fiksasi nitrogen bebas di udara pada
substrat oleh Azotobacter chroococcum. Proses tersebut merupakan proses
alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan biaya produksi dan
energi yang lebih murah, serta proses produksinya dapat dibangun secara efisien
dengan skala relatif kecil sehingga dapat terdistribusi disetiap lokasi. Produksi
pupuk cair amonia dilakukan secara invitro dengan molase yang berasal dari limbah
industri gula. Variasi konsentrasi molase dilakukan untuk menentukan konsentrasi
optimum bagi pertumbuhan bakteri dan perolehan (yield) produk amonia cair
tertinggi yang dihasilkan. Ditentukan 3 variasi konsentrasi molase pada substrat,
yaitu 11,5 g/L; 23 g/L; dan 46 g/L. Azotobacter chroococcum disubkultivasi
terlebih dahulu dalam substrat mannitol bebas N, kemudian diaktivasi di dalam
substrat molase sebanyak dua kali dan selama 48 jam per aktivasi, lalu difermentasi
pada substrat produksi amonia dengan variasi konsentrasi awal molasse. Penelitian
dilakukan secara batch. Data pertumbuhan biomassa, konsentrasi amonia pada
substrat, dan kandungan gula pereduksi diambil setiap 8 jam selama 56 jam pada
setiap variasi konsentrasi molases pada substrat. Kandungan N total pada substrat
diambil pada jam ke-0 dan jam ke-56 untuk memastikan jalannya proses fiksasi
nitrogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi ammonia pada
substrat berbanding lurus dengan kenaikan konsentrasi molase pada substrat,
dimana konsentrasi ammonia tertinggi pada susbstrat sebesar 865 ppm dicapai pada
waktu fermentasi 40 jam dengan konsentrasi molase pada substrat sebesar 46 gr/l.
Pertumbuhan bakteri dengan nilai ???? sebesar 0.525 jam-1 juga dicapai dengan
konsentrasi molase pada substart sebesar 46 g/L. Namun % product growth, yaitu
rasio netto ammonia pada akhir waktu inkubasi terhadap ammonia awal sebesar
307% dicapai dengan konsentrasi molase pada substrat sebesar 11,5 g/L.
Konsentrasi molase substrat sebesar 11,5 gr/L cukup optimal karena pada waktu
fermentasi 24 jam dapat menghasilkan ammonia substrat sebesar 472 ppm yang
telah melampaui standar konsentrasi ammnoia pada pupuk cair hayati dan
khususnya melampaui konsentrasi ammonia pada urin sapi yang banyak digunakan
sebagai pupuk cair hayati saat ini.