ABSTRAK Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
DAFTAR PUSTAKA Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Ketergantungan besar pada pembakaran bahan bakar fosil telah memperparah
pemanasan global, sehingga mendorong pencarian alternatif berkelanjutan yang
bebas karbon. Amonia (NH3) muncul sebagai kandidat pembawa hidrogen yang
menjanjikan berkat densitas energi tinggi dan kemudahan penyimpanan, dan dalam
studi ini digunakan model turbulensi ???? ? ???? dengan pendekatan FGM partially
premixed untuk mengevaluasi pembakaran dua tahap dengan swirl-stabilized
burner dalam upaya menekan emisi NO dan amonia yang tidak terbakar. Dengan
meneliti pengaruh rasio ekivalen primer (???????????????? ) dan global (???????????????????????????? ), serta variasi
posisi injeksi sekunder dari bidang injektor dan kecepatan jet-nya, strategi
pembakaran dua tahap terbukti mampu secara signifikan menurunkan emisi NOx
sekaligus mengatasi ammonia slip. Performa optimal dicapai pada kondisi primer
sedikit kaya (???????????????? ? 1,2) dengan emisi NO terendah sekitar 190–200 ppm ketika
udara sekunder diinjeksikan lebih jauh (L = 520 mm) dengan kecepatan jet tinggi
(???????????????? = 15 m/s). Studi parameter menunjukkan bahwa peningkatan kecepatan jet
sekunder dari 4 m/s menjadi 15 m/s, serta pergeseran lokasi injeksi dari 230 mm ke
520 mm, mampu menurunkan emisi NO hingga ~48% (dari 371,68 ppm menjadi
191,98 ppm), menegaskan tingginya sensitivitas pembentukan NO terhadap
distribusi udara sekunder. Meskipun konfigurasi dua tahap ini berhasil menekan
ammonia slip (dari 29.000 ppm menjadi hampir nol) melalui reaksi pembakaran
kedua, kadar NO minimum yang dicapai masih melebihi batas regulasi Jepang
sebesar 70 ppm. Temuan ini menegaskan pentingnya optimasi parameter
pembakaran untuk mengurangi emisi berbahaya dari pembakaran amonia.
Perpustakaan Digital ITB