digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

DAFTAR PUSTAKA Dhafin Anshar Prisetya
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

Ketergantungan besar pada pembakaran bahan bakar fosil telah memperparah pemanasan global, sehingga mendorong pencarian alternatif berkelanjutan yang bebas karbon. Amonia (NH3) muncul sebagai kandidat pembawa hidrogen yang menjanjikan berkat densitas energi tinggi dan kemudahan penyimpanan, dan dalam studi ini digunakan model turbulensi ???? ? ???? dengan pendekatan FGM partially premixed untuk mengevaluasi pembakaran dua tahap dengan swirl-stabilized burner dalam upaya menekan emisi NO dan amonia yang tidak terbakar. Dengan meneliti pengaruh rasio ekivalen primer (???????????????? ) dan global (???????????????????????????? ), serta variasi posisi injeksi sekunder dari bidang injektor dan kecepatan jet-nya, strategi pembakaran dua tahap terbukti mampu secara signifikan menurunkan emisi NOx sekaligus mengatasi ammonia slip. Performa optimal dicapai pada kondisi primer sedikit kaya (???????????????? ? 1,2) dengan emisi NO terendah sekitar 190–200 ppm ketika udara sekunder diinjeksikan lebih jauh (L = 520 mm) dengan kecepatan jet tinggi (???????????????? = 15 m/s). Studi parameter menunjukkan bahwa peningkatan kecepatan jet sekunder dari 4 m/s menjadi 15 m/s, serta pergeseran lokasi injeksi dari 230 mm ke 520 mm, mampu menurunkan emisi NO hingga ~48% (dari 371,68 ppm menjadi 191,98 ppm), menegaskan tingginya sensitivitas pembentukan NO terhadap distribusi udara sekunder. Meskipun konfigurasi dua tahap ini berhasil menekan ammonia slip (dari 29.000 ppm menjadi hampir nol) melalui reaksi pembakaran kedua, kadar NO minimum yang dicapai masih melebihi batas regulasi Jepang sebesar 70 ppm. Temuan ini menegaskan pentingnya optimasi parameter pembakaran untuk mengurangi emisi berbahaya dari pembakaran amonia.