digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Intan Khoirunnisa
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

Perubahan iklim global terjadi akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca, terutama CO2 di atmosfer karena kegiatan antropogenik. Konsep blue carbon menekankan pentingnya ekosistem laut dan pesisir dalam menyerap dan menyimpan karbon, sehingga berperan dalam pengendalian iklim. Dengan demikian, salah satu upaya mitigasi perubahan iklim yang perlu dilakukan adalah konservasi ekosistem blue carbon seperti padang lamun. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status ekologis dan cadangan karbon ekosistem padang lamun di Pantai LIPI Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Secara khusus telah dibandingkan dua lokasi padang lamun yang berbeda. Berdasarkan survei diketahui bahwa lamun di lokasi satu cenderung bersifat monospesies, sedangkan lamun di lokasi kedua merupakan komunitas multispesies. Data lapangan diperoleh menggunakan metode line intercept transect (LIT) yang terbentang sepanjang 50 m tegak lurus dengan garis pantai menggunakan 15 plot berukuran 1x1 m untuk mendeskripsikan struktur komunitas lamun yang meliputi kerapatan, frekuensi, penutupan dan indeks nilai penting, serta menentukan cadangan karbon biomassa lamun total (aboveground dan belowground) dan substrat lamun. Estimasi cadangan karbon mengacu pada metodologi dalam panduan Howard et al. (2014) dan Rustam et al. (2019). Hasil penelitian mengonfirmasi bahwa terdapat perbedaan antara kedua lokasi; komunitas monospesies yang berada di perairan yang lebih keruh dan memiliki substrat berlumpur didominasi oleh spesies Enhalus acoroides, sedangkan komunitas multispesies yang tumbuh di perairan yang jernih dengan substrat pasir berlumpur dan pecahan karang terdiri dari spesies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Halodule uninervis. Status ekologis komunitas lamun multispesies dan monospesies berdasarkan Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup nomor 200 tahun 2004, termasuk ke dalam kategori sehat, dengan persentase penutupan lamun komunitas multispesies lebih tinggi dibandingkan komunitas monospesies, walaupun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik. Cadangan karbon biomassa lamun total (aboveground dan belowground) pada komunitas monospesies lebih tinggi dibandingkan komunitas multispesies; dengan nilai cadangan karbon berturut-turut 1,648 MgC/ha dan 1,427 MgC/ha; hal ini dipengaruhi oleh komposisi spesies, dan tingginya cadangan karbon pada belowground. Cadangan karbon substrat lamun pada komunitas monospesies lebih tinggi dibandingkan multispesies; dengan nilai cadangan karbon berturut-turut 212,28 MgC/ha dan 175,95 MgC/ha; hal ini dapat dikaitkan dengan jenis substrat, komposisi spesies serta hidrodinamika perairan. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa cadangan karbon substrat memberikan kontribusi besar pada blue carbon.