ABSTRAK Alwi Wiguna
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB
Data paleoklimat digunakan untuk menjadi dasar dalam menguji hipotesis terkait
penyebab perubahan iklim. Rekonstruksi paleoklimat dapat dilakukan dengan
menganalisis sifat fisik sedimen laut, unsur biogenik seperti foraminifera dan juga unsur
inorganik berupa kandungan unsur kimia yang terdapat dalam sedimen laut. Perairan Barat
Sumatra dipengaruhi oleh fenomena iklim Indian Ocean Dipole (IOD). Daerah penelitian
berada pada Cekungan Depan Busur Sumatra (Fore Arc Basin) yang terletak di bagian
Barat Pulau Sumatra dan bagian Utara Pulau Simeulue. Secara geografis berada pada
koordinat 03?42’057" LU dan 095?37’005" BT. Objek pada penelitian ini berupa sampel
sedimen gravity core dengan kode EW17-05 yang sebelumnya diambil oleh Tim Peneliti
LIPI melalui Ekspedisi Widya Nusantara di Perairan Barat Sumatra pada tahun 2017.
Sampel diambil pada kedalaman 1.176 m di bawah permukaan laut dan memiliki Panjang
200 cm. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi kkondisi paleoklimat dan
paleoseanografi pada Pleistosen Akhir–Holosen di Perairan Barat Sumatra, serta
mengetahui hubungannya dengan IOD.
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis besar butir, analisis geokimia,
dan analisis foraminifera. Analisis besar butir untuk mengetahui parameter statistik besar
butir. Analisis geokima untuk mengetahui unsur kimia yang terkandung pada sampel serta
digunakan sebagai proksi input sedimen dan intensitas pelapukan yang dianggap mewakili
dominasi IOD. Analisis foraminifera untuk mengetahui nama genus hingga spesies dan
kelimpahan foraminifera serta digunakan dalam analisis Modern Analogue Technique
(MAT) untuk mengetahui Sea Surface Temperature (SST) dan analisis biozonasi dengan
melakukan constrained clustering. Batas antara Pleistosen dan Holosen diketahui dari First
Appearance Datum (FAD) dari Bolliella adamsi pada kedalaman 144 cm dari 1.176 m di
bawah permukaan laut.
Berdasarkan hasil rekonstruksi paleoklimat dan paleoseanografi selama Pleistosen Akhir–
Holosen di Periaran Barat Sumatra, terdapat 7 periode iklim pada daerah penelitian yaitu
1 periode pada Pleistosen Akhir dan 6 periode pada Holosen. Pada Pleistosen Akhir terjadi
fenomena iklim Younger Dryas, sedangkan pada Holosen terdapat fenomena iklim 8.2 K
Cooling Event, Mid Holocene Peak atau Holocene Thermal Maximum, 4,2 K event,
Medival Warm Period, Little Ice Age, dan Recent Global Warming. Fenomena IOD
memiliki hubungan dengan dinamika paleoklimat dan paleoseanografi di Perairan Barat
Sumatra. IOD positif mendominasi iklim dingin yang ditandai dengan penurunan curah
hujan dan IOD negatif mendominasi iklim hangat yang ditandai dengan peningkatan curah
hujan.
Perpustakaan Digital ITB