digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Alwi Wiguna
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

Data paleoklimat digunakan untuk menjadi dasar dalam menguji hipotesis terkait penyebab perubahan iklim. Rekonstruksi paleoklimat dapat dilakukan dengan menganalisis sifat fisik sedimen laut, unsur biogenik seperti foraminifera dan juga unsur inorganik berupa kandungan unsur kimia yang terdapat dalam sedimen laut. Perairan Barat Sumatra dipengaruhi oleh fenomena iklim Indian Ocean Dipole (IOD). Daerah penelitian berada pada Cekungan Depan Busur Sumatra (Fore Arc Basin) yang terletak di bagian Barat Pulau Sumatra dan bagian Utara Pulau Simeulue. Secara geografis berada pada koordinat 03?42’057" LU dan 095?37’005" BT. Objek pada penelitian ini berupa sampel sedimen gravity core dengan kode EW17-05 yang sebelumnya diambil oleh Tim Peneliti LIPI melalui Ekspedisi Widya Nusantara di Perairan Barat Sumatra pada tahun 2017. Sampel diambil pada kedalaman 1.176 m di bawah permukaan laut dan memiliki Panjang 200 cm. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi kkondisi paleoklimat dan paleoseanografi pada Pleistosen Akhir–Holosen di Perairan Barat Sumatra, serta mengetahui hubungannya dengan IOD. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis besar butir, analisis geokimia, dan analisis foraminifera. Analisis besar butir untuk mengetahui parameter statistik besar butir. Analisis geokima untuk mengetahui unsur kimia yang terkandung pada sampel serta digunakan sebagai proksi input sedimen dan intensitas pelapukan yang dianggap mewakili dominasi IOD. Analisis foraminifera untuk mengetahui nama genus hingga spesies dan kelimpahan foraminifera serta digunakan dalam analisis Modern Analogue Technique (MAT) untuk mengetahui Sea Surface Temperature (SST) dan analisis biozonasi dengan melakukan constrained clustering. Batas antara Pleistosen dan Holosen diketahui dari First Appearance Datum (FAD) dari Bolliella adamsi pada kedalaman 144 cm dari 1.176 m di bawah permukaan laut. Berdasarkan hasil rekonstruksi paleoklimat dan paleoseanografi selama Pleistosen Akhir– Holosen di Periaran Barat Sumatra, terdapat 7 periode iklim pada daerah penelitian yaitu 1 periode pada Pleistosen Akhir dan 6 periode pada Holosen. Pada Pleistosen Akhir terjadi fenomena iklim Younger Dryas, sedangkan pada Holosen terdapat fenomena iklim 8.2 K Cooling Event, Mid Holocene Peak atau Holocene Thermal Maximum, 4,2 K event, Medival Warm Period, Little Ice Age, dan Recent Global Warming. Fenomena IOD memiliki hubungan dengan dinamika paleoklimat dan paleoseanografi di Perairan Barat Sumatra. IOD positif mendominasi iklim dingin yang ditandai dengan penurunan curah hujan dan IOD negatif mendominasi iklim hangat yang ditandai dengan peningkatan curah hujan.