digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Kenny Chandra Wijaya
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Kenny Chandra Wijaya
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Kenny Chandra Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Kenny Chandra Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Kenny Chandra Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Kenny Chandra Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Kenny Chandra Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Kenny Chandra Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Kenny Chandra Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 7 Kenny Chandra Wijaya
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Kenny Chandra Wijaya
PUBLIC Alice Diniarti

Kebutuhan akan pergerakan menyebabkan orang dan/atau barang bergerak, secara kebutuhan kedua subjek ini bergerak dilandasi motif yang berbeda, orang bergerak karena adanya keterbatasan aktivitas pada suatu ruang, sedangkan barang bergerak karena terdapat nilai (value) yang berbeda di setiap tempatnya. Sejak jaman dahulu kala pergerakan sudah dilakukan dengan berbagai metode yang jauh lebih sederhana dibandingkan jaman sekarang, kebutuhan turunan berupa efisiensi baik terhadap waktu dan energi menjadi faktor yang berpengaruh seseorang untuk memilih metode untuk terciptanya pergerakan, baik itu menggunakan moda transportasi berbasis perkerasan (pavement), rel, udara, ataupun laut. Semakin banyak dan padat penduduk pada suatu wilayah berindikasi besar tingginya pula pergerakan yang merupakan konsekuensi banyaknya singgungan akan konflik kepentingan tiap individu. Pilihan moda transportasi (mode choice) seringkali jatuh pada moda transportasi berbasis perkerasan (pavement) yang dianggap lebih efisien dan aksesibel dibandingkan moda lainnya, tetapi dengan tidak terimbanginya neraca pasokan dan permintaan (supply-demand) menyebabkan kondisi yang tidak diharapkan seperti kemacetan yang tentu saja merugikan di berbagai ruang lingkup kegiatan sehari-hari. Polemik yang dirasakan tersebut sudah cukup umum terjadi di kawasan padat penduduk di berbagai belahan dunia, tetapi telah banyak solusi yang dikembangkan seperti halnya Transit Oriented Development (TOD), yaitu pembangunan berorientasi transit yang artinya mengintegrasikan desain ruang kota/tata guna lahan untuk menyatukan orang, kegiatan, bangunan, ruang publik melalui konektifitas yang mudah (accessible). Dalam proses realisasi tersebut membutuhkan infrastruktur penunjang seperti halnya stasiun sebagai pusat konektivitas. Dalam karya tulis tujuan konkrit yang ingin dicapai adalah mendesain infrastruktur stasiun dalam aspek transportasinya yang diharapkan menjadi mozaik solusi pemecahan polemik.