2020 TA ASTRI SARBAINI TANJUNG 1-ASTRAKS.pdf)u
PUBLIC Open In Flipbook Lili Sawaludin Mulyadi Ringkasan
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 12 tahun 2014 Provinsi Jawa Barat mengembangkan suatu kawasan metropolitan yang dinamakan sebagai Metropolitan Cirebon Raya. Fenomena metropolitan yang terjadi di Wilayah Cirebon Raya memberikan peluang sekaligus tantangan tersendiri terutama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Kebutuhan air minum akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang menyebabkan pemerintah harus mampu memberi respon dengan mengadakan IPA dengan kapasitas yang cukup dan mampu memproduksi air yang sesuai dengan standar kualitas air yang ada walaupun adanya kondisi ekstremitas dari air baku. Daerah pelayanan SPAM Regional Metropolitan Cirebon Raya terdiri dari Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Sumedang. Angka kehilangan air di daerah pelayanan menyebabkan cakupan pelayanan tidak optimal, sehingga berpengaruh terhadap pemenuhan objektivitas dari fungsi pelayanan SPAM, yaitu kualitas, kuantitas, kontinuitas, serta harga air yang kompetitif. Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam Kepgub Jabar (2017) menunjuk PT. Tirta Gemah Ripah selaku PDAM Regional Jawa Barat untuk menyelenggarakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional. Pengembangan SPAM Regional Metropolitan Cirebon Raya akan terbagi menjadi dua tahap proyek dengan durasi sepuluh tahun untuk setiap tahap. Pada proyek IPA Tahap I, direncanakan untuk memiliki tingkat pelayanan sebesar 26%, dengan kapasitas produksi sebesar 1.500 L/s. Pengembangan SPAM harus terpenuhi secara satu kesatuan mulai dari sumber hingga pelayanan untuk menjamin objektifitas SPAM, sehingga terpilih Waduk Jatigede sebagai sumber air baku dan lokasi pembangunan IPA di Dusun Parakan Kondang. Berdasarkan hasil analisa didapatkan secara kualitas, kuantitas, serta kontinuitas lebih andal dibandingkan dengan rencana pengembangan SPAM oleh PT Tirta Gemah Ripah dengan alokasi air minum dan irigasi sebesar 22,61 m3/s dan 19,01 m3/s Dengan menganalisis parameter yang perlu diolah terhadap SNI 7508:2011 dan model prediksi JICA (1990) maka proses pengolahan air terpilih yaitu secara konvensional yang mencakup koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Selain itu pengolahan air juga dilengkapi dengan unit prasedimentasi sebagai respon dari kualitas air baku pada saat debit rencana basah (kekeruhan meningkat).
Perpustakaan Digital ITB