Boron merupakan unsur yang diperlukan oleh tumbuhan, hewan, dan manusia,
dalam jumlah sedikit. Asupan boron yang berlebihan dapat menyebabkan efek
toksik dan merugikan bagi kesehatan manusia. Untuk manusia, paparan boron
alami terutama terjadi melalui produk makanan dan air yang dikonsumsi seharihari. Namun demikian, boron dalam bentuk boraks atau asam borat dapat
disalahgunaan secara ilegal sebagai pengawet dan pengenyal dan ditambahkan ke
dalam makanan olahan, seperti bakso dan lontong, yang pada akhirnya menjadi
sumber asupan boron yang berlebihan. Asupan boron yang aman pada manusia
dibatasi dalam nilai Tolerable Daily Intake (TDI) untuk unsur tersebut, yaitu
sebesar 0,16 mg/kg BB/hari atau ekuivalen dengan masing-masing 0,92 and 1,41
mg/kg BB/hari untuk asam borat dan boraks. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan metode analisis alternatif penentuan kadar boron dalam produk
pangan menggunakan metode spektrofotometri UV-sinar tampak. Sebelum
pengukuran, produk makanan didestruksi menggunakan asam nitrat dan hidrogen
peroksida sampai mendapatkan larutan jernih dan kemudian dinetralkan dengan
natrium hidroksida. Natrium etilendiamin tetreasam asetat juga ditambahkan
untuk mencegah gangguan dari ion logam lain. Setelah penambahan dapar posfat
untuk mengatur pH larutan menjadi 7, boron dalam bentuk asam borat direaksikan
dengan Alizarin Red S (ARS) membentuk kompleks. Selanjutnya, absorbansi
larutan ini diukur pada panjang gelombang 518 nm. Metode ini memberikan
kurva kalibrasi linier pada rentang 0,5 - 3,0 µg/mL dengan persamaan garis
regresi y = 0,2383x + 0,0277 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9985. Batas
deteksi dan batas kuantisasi metode ini dihitung secara statistik, masing-masing
sebesar 0,1368 dan 0,4560 ?g/mL. Persen perolehan kembali boron pada
konsentrasi 160, 200, dan 240 µg/g, dalam sampel lontong berturut-turut sebesar
79,8; 82,6; dan 83,8 % dengan nilai simpangan baku relatif dalam-hari masingmasing sebesar 2,53; 1,64; dan 2,12 %, sedangan antar-hari sebesar 0,92 %. Pada
kondisi pengukuran dan rentang konsentrasi yang sama perolehan kembali boron
dalam sampel bakso berturut-turut sebesar 80,1; 82,5; dan 80,4 % dengan nilai
simpangan baku relatif dalam-hari masing-masing sebesar 2,27; 2,54; dan 1,91 %
sedangan antarhari sebesar 1,01 %. Kadar boron dalam sampel lontong dan bakso
yang beredar di pasaran masing-masing berada pada rentang 192 sampai 215
ii
?g/g. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode alternatif
penentuan kadar boron dalam produk makanan menggunakan spektrofotometri
UV-sinar tampak telah berhasil didapatkan dan dapat digunakan untuk penentuan
kadar boron rutin dalam produk makanan seperti bakso dan lontong.
Perpustakaan Digital ITB