digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Boron merupakan unsur yang diperlukan oleh tumbuhan, hewan, dan manusia, dalam jumlah sedikit. Asupan boron yang berlebihan dapat menyebabkan efek toksik dan merugikan bagi kesehatan manusia. Untuk manusia, paparan boron alami terutama terjadi melalui produk makanan dan air yang dikonsumsi seharihari. Namun demikian, boron dalam bentuk boraks atau asam borat dapat disalahgunaan secara ilegal sebagai pengawet dan pengenyal dan ditambahkan ke dalam makanan olahan, seperti bakso dan lontong, yang pada akhirnya menjadi sumber asupan boron yang berlebihan. Asupan boron yang aman pada manusia dibatasi dalam nilai Tolerable Daily Intake (TDI) untuk unsur tersebut, yaitu sebesar 0,16 mg/kg BB/hari atau ekuivalen dengan masing-masing 0,92 and 1,41 mg/kg BB/hari untuk asam borat dan boraks. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis alternatif penentuan kadar boron dalam produk pangan menggunakan metode spektrofotometri UV-sinar tampak. Sebelum pengukuran, produk makanan didestruksi menggunakan asam nitrat dan hidrogen peroksida sampai mendapatkan larutan jernih dan kemudian dinetralkan dengan natrium hidroksida. Natrium etilendiamin tetreasam asetat juga ditambahkan untuk mencegah gangguan dari ion logam lain. Setelah penambahan dapar posfat untuk mengatur pH larutan menjadi 7, boron dalam bentuk asam borat direaksikan dengan Alizarin Red S (ARS) membentuk kompleks. Selanjutnya, absorbansi larutan ini diukur pada panjang gelombang 518 nm. Metode ini memberikan kurva kalibrasi linier pada rentang 0,5 - 3,0 µg/mL dengan persamaan garis regresi y = 0,2383x + 0,0277 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9985. Batas deteksi dan batas kuantisasi metode ini dihitung secara statistik, masing-masing sebesar 0,1368 dan 0,4560 ?g/mL. Persen perolehan kembali boron pada konsentrasi 160, 200, dan 240 µg/g, dalam sampel lontong berturut-turut sebesar 79,8; 82,6; dan 83,8 % dengan nilai simpangan baku relatif dalam-hari masingmasing sebesar 2,53; 1,64; dan 2,12 %, sedangan antar-hari sebesar 0,92 %. Pada kondisi pengukuran dan rentang konsentrasi yang sama perolehan kembali boron dalam sampel bakso berturut-turut sebesar 80,1; 82,5; dan 80,4 % dengan nilai simpangan baku relatif dalam-hari masing-masing sebesar 2,27; 2,54; dan 1,91 % sedangan antarhari sebesar 1,01 %. Kadar boron dalam sampel lontong dan bakso yang beredar di pasaran masing-masing berada pada rentang 192 sampai 215 ii ?g/g. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode alternatif penentuan kadar boron dalam produk makanan menggunakan spektrofotometri UV-sinar tampak telah berhasil didapatkan dan dapat digunakan untuk penentuan kadar boron rutin dalam produk makanan seperti bakso dan lontong.