digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Stasiun Kiaracondong, salah satu stasiun besar di Kota Bandung, walaupun memiliki lahan yang terletak pada posisi strategis di tengah kota, keadaannya kurang berkembang. Kondisi lahan stasiun yang dikelilingi oleh perumahan padat, yang mayoritas penghuninya adalah masyarakat berpenghasilan rendah, serta belum adanya pembangunan node destinasi kota pada Kawasan Kiaracondong ini membuat lahan Stasiun Kiaracondong menjadi sulit dikembangkan sebagai sebuah destinasi strategis. Stasiun eksisting hanya dimanfaatkan oleh komuter sebagai tempat transit, sebab belum tersedia fasilitas pendukung lain yang cukup untuk memberikan alasan komuter dan masyarakat dari luar stasiun untuk datang dan melakukan berbagai aktivitas, seperti layaknya pada sebuah multifungsi destinasi. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi perusahaan PT Kereta Api Indonesia (KAI), pemilik stasiun tersebut. Sebagai suatu solusi untuk dapat mengembangkan potensi lahan Stasiun Kiaracondong secara maksimal, dibuatlah gagasan pengembangan bangunan mixed-use stasiun yang dirancang dengan pendekatan Strategic Placemaking, yang merupakan sebuah tipe Placemaking. Konsep pendekatan Strategic Placemaking dipilih untuk memperbaiki rancangan stasiun eksisting yang tidak terintegrasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Strategic Placemaking bertujuan untuk mewujudkan sebuah destinasi multifungsi yang juga melibatkan masyarakat lokal sebagai bagian dari stakeholder dan pengembangannya, yang penting bagi keberlangsungan kehidupan stasiun. Tujuan utama lain dari Strategic Placemaking adalah untuk menarik para pebisnis handal untuk mau masuk dan terlibat pada pengembangan ekonomi tempat ini sehingga menguntungkan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Penerapan konsep Strategic Placemaking pada rancangan dilakukan dengan melibatkan dua aspek utama yang berupa aktivitas dan lingkungan fisik, yang didasari oleh aspirasi masyarakat setempat guna membentuk sense of place pada proyek yang identik dengan lingkungan lokalnya. Aspek aktivitas diterjemahkan ke dalam program fasilitas mixed-use untuk menciptakan berbagai jenis kegiatan yang sesuai kebutuhan komunitas stasiun, dan juga berupa pentahapan pengembangan area perbelanjaan dengan kelas ekonomi campuran untuk menarik pengunjung dari kalangan komuter stasiun, masyarakat lokal dan urban dari luar kawasan. Sedangkan aspek lingkungan fisik diwujudkan dalam bentuk arsitektural bangunan yang mencerminkan tipologi karakter tempat dari lingkungan Kiaracondong. Rancangan proyek dibuat dengan merujuk pada penelitian Placemaking yang telah dilakukan oleh Project of Public Space (PPS) terhadap tempat-tempat berkualitas di berbagai negara, serta juga merujuk pada parameter PPS dan Michigan State University Land Policy Institute. Rancangan diusahakan untuk mengadopsi seluruh kaidah-kaidah Strategic Placemaking pada sebuah pengembangan mixed-use yang berkualitas di area transit. Dengan solusi yang diusulkan ini diharapkan Stasiun Kiaracondong ke depan akan menjadi suatu destinasi yang menarik dan dapat lebih mengangkat ekonomi masyarakat setempat.