digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK MUNANDAR SETIYANTO
PUBLIC Dewi Supryati

Digitalisasi pada revolusi industri 4.0 memungkinkan proses simulasi secara interaktif melalui Virtual Reality (VR). VR mampu menyimulasikan dunia nyata yang kompleks dengan kondisi yang dapat dikontrol, namun penggunaannya menyebabkan VR sickness. VR sickness disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya kondisi internal tubuh penggunanya yang diatur melalui circadian rhythm. Kondisi circadian rhythm saat berpuasa dapat mengalami perubahan yang dapat mempengaruhi tingkat VR sickness. Proses metabolisme tubuh yang lambat saat puasa mungkin menyebabkan waktu pemulihan VR sickness menjadi lebih lama. VR sickness dapat diukur melalui Heart Rate Variability (HRV) karena VR sickness mempunyai hubungan dengan saraf otonom sehingga HRV dapat dijadikan alat ukur yang mudah digunakan dalam memprediksi VR sickness tanpa mengganggu aktivitas penggunaan VR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh puasa terhadap VR sickness dan waktu pemulihannya berdasarkan pengukuran HRV. Penelitian dilakukan melalui eksperimen laboratorium menggunakan Samsung Gear VR dan permainan Rock & Rails. Eksperimen melibatkan 13 orang partisipan berusia 20-22 tahun yang tidak memiliki gangguan sistem vestibular. Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran VR sickness secara subjektif menggunakan Simulator Sickness Questionnaire (SSQ) dan objektif menggunakan HRV Polar H7 Bluetooth Smart. Eksperimen dilakukan selama 135 menit pada setiap kondisi perlakuan circadian rhythm. Pengambilan data dilakukan sebanyak enam kali yaitu saat sebelum menggunakan VR, tepat setelah menggunakan VR, setelah istirahat 15, 30, 45, dan 60, baik pada kondisi puasa maupun tidak puasa. Partisipan memainkan permainan selama 30 menit dalam kondisi berdiri dengan menggerakan objek virtual melalui tatapan mata. Pengukuran HRV dilakukan selama lima menit pada posisi berdiri untuk menghasilkan parameter mean RR, mean Heart Rate (HR), power Very Low Frequency (VLF), power Low Frequency (LF), power High Frequency (HF), dan rasio LF/HF. Sebelum dilakukan eksperimen, pilot testing dilakukan untuk memastikan VR sickness yang dialami pengguna memang disebabkan oleh penggunaan VR, bukan karena berdiri selama 30 menit. Data utama yang dihasilkan dari eksperimen ini yaitu data SSQ dan HRV. Pengolahan data HRV dilakukan melalui filtrasi pada software Kubios dengan level artifacts correction very strong. Data diolah melalui statistika deskriptif dan inferensial. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu kondisi puasa menyebabkan VR sickness yang lebih tinggi dibandingkan kondisi tidak puasa. Selain itu, waktu pemulihan VR sickness pada kondisi puasa lebih lama yaitu sekitar 15-60 menit, sedangkan pada kondisi tidak puasa sekitar 15-30 menit. Pengukuran secara objektif menggunakan HRV menunjukkan adanya hubungan dengan SSQ sehingga dapat dijadikan alat ukur yang lebih praktis untuk memprediksi gejala VR sickness.