digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Alvin Pratama
PUBLIC Open In Flipbook Garnida Hikmah Kusumawardana

Pencemaran udara merupakan salah satu permasalahan utama di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya Kota Bandung. Permasalahan ini muncul akibat semakin tingginya kebutuhan dan tingkat aktivitas yang dilakukan oleh manusia, seperti kegiatan perindustrian, penggunaan kendaraan bermotor, dan pembukaan lahan. Hal ini menjadi salah satu pemicu semakin tingginya konsentrasi polutan di atmosfer yang dapat memengaruhi kehidupan dan kesejahteraan manusia ataupun ekosistem. Pada dasarnya, tingkat konsentrasi dan pergerakan polutan di atmosfer dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi meteorologi (arah dan kecepatan angin, curah hujan, temperatur, tekanan), karakteristik topografi, dan sumber emisi. Untuk mengetahui pergerakan dan tingkat konsentrasi polutan tersebut, dilakukan simulasi menggunakan model WRFCHEM. Simulasi ini memanfaatkan data AWS (Automatic Weather Station) dan data inventarisasi emisi Kota Bandung menggunakan metode asimilasi. Asimilasi data bertujuan memperbaiki kondisi awal (initial condition) dan kondisi batas (boundary condition) model serta memverifikasi hasil model tersebut. Dari hasil simulasi diperoleh bahwa emisi utama Kota Bandung terbesar bersumber dari kendaraan bermotor yang didominasi di bagian selatan yaitu tol Padaleunyi dan Jalan Soekarno Hatta. Sedangkan pemanfaatan data asimilasi dalam model WRFDA, mampu meningkatkan akurasi parameter meteorologi hingga 1-7%. Disisi lain, pesebaran polutan di Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh faktor lokal dan monsun. Pada bulan kering, polutan cenderung tersebar ke arah utara dan barat, sedangkan pada bulan basah cenderung tersebar ke arah selatan dan timur. Selain itu, tingginya kecepatan angin pada bulan kering (dari arah selatan dan tenggara) dan karakter topografi yang datar (di selatan) menyebabkan PM10 tersebar hingga keluar Kota Bandung. Sedangkan pada bulan basah, pelemahan kecepatan angin akibat topografi yang komplek di utara Kota Bandung meyebabkan PM10 cenderung tidak terdispersi dengan baik. Disisi lain, pengaruh wet deposition pada akhir bulan Maret tidak terlalu berdampak signifikan terhadap penurunan tingkat konsentrasi pada bulan basah. Dari hasil simulasi tersebut, juga terdapat beberapa daerah yang perlu menjadi prioritas pengelolaan kualitas udara jika dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan PP 41 Tahun 1999. Daerah-daerah yang perlu mendapatkan perhatian khusus diantaranya Rancabolang, Mekarjaya dan Pasirluyu.