digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gaharu adalah resin berupa metabolit sekunder yang dihasilkan dari tanaman anggota famili Thymelaeaceae. Secara alami, produksi gaharu membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Berbagai macam teknik induksi dilakukan untuk dapat menghasilkan gaharu dalam waktu singkat, salah satunya adalah induksi dengan menggunakan jamur. Pada penelitian ini dilakukan pengujian induksi pembentukan gaharu pada pohon penghasil gaharu Gyrinops versteegii. Induksi dilakukan menggunakan teknik injeksi dan inokulasi dengan dua strain jamur Fusarium solani isolat Gorontalo (GSL1) dan isolat Jambi (GSL2) serta kontrol berupa pohon yang dilukai dan diinjeksikan medium Potato Dextrose Broth (PDB) tanpa inokulan jamur dan pohon yang tidak dilukai. Respons pembentukan gaharu diamati pada tiga dan enam bulan pascainokulasi. Sampel gaharu diekstraksi dengan pelarut etil asetat dan metanol kemudian dianalisis dengan Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GC-MS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona resin gaharu sudah terbentuk pada usia 3 bulan pascainokulasi. Analisis mikroskopik menunjukkan bahwa resin gaharu diakumulasikan terutama pada struktur interxylary phloem (IP) di jaringan xilem sekunder. Uji olfaktori menunjukkan bahwa sampel usia inokulasi 3 bulan memiliki tingkat keharuman yang mirip dengan sampel usia inokulasi 6 bulan untuk setiap perlakuan. Tingkat keharuman sampel GSL1 tidak berbeda signifikan terhadap GSL2, namun keduanya berbeda signifikan terhadap sampel PDB. Analisis GC-MS menunjukkan bahwa senyawa turunan asam lemak (fatty acid) terdeteksi dominan pada sampel yang diekstraksi dengan etil asetat. Sampel yang diekstraksi dengan metanol menunjukkan beberapa senyawa turunan chromone dan sesquiterpene. Beberapa senyawa chromone hanya dijumpai pada sampel hasil inokulasi dengan jamur, seperti 2-(2-phenylethyl)chromen-4-one, 6-methoxy-2-(2-phenylethyl)chromen-4-one dan 6,7-dimethoxy-2-(2-phenylethyl)chromen-4-one. Di sisi lain, senyawa sesquiterpene seperti alloaromadendrene, beta-Eudesmol dan beta-Selinene juga hanya ditemukan pada sampel kelompok perlakuan inokulasi F. solani GSL1 dan GSL2. Dengan demikian, teknik injeksi dengan inokulan F. solani ini terbukti dapat menginduksi pembentukan gaharu pada G. versteegii dalam waktu yang singkat.