digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Bagia Jati Permana
PUBLIC Open In Flipbook Lili Sawaludin Mulyadi

Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kebutuhan air bersih menjadi masalah di berbagai negara, terutama negara dengan kepadatan penduduk yang tinggi, termasuk Indonesia. Kabupaten Bandung merupakan kawasan yang mengalami perkembangan yang pesat dari berbagai aspek. Semakin berkembangnya suatu kawasan harus diimbangi oleh penyediaan sarana air bersih yang memadai. Pelayanan air bersih di Kabupaten Bandung dilayani oleh PDAM Tirta Raharja. Pelayanan air oleh PDAM Tirta Raharja hingga tahun 2018 melalui jaringan perpipaan baru mencapai 26,22%, sehingga masih terdapat 73,78% masyarakat di daerah pelayannya belum terpenuhi kebutuhan airnya secara langsung. Persentase tersebut membuat pemerintah ingin meninggikan tingkat pelayanan agar dapat mengejar target 100-0-100 yang salah satunya yaitu 100% akses air minum. Selain itu, masih terdapat banyak sumber mata air di Kabupaten Bandung yang belum termanfaatkan, sehingga pemerintah merencanakan untuk membangun instalasi pengolahan air (IPA) di Kecamatan Rancabali khususnya di wilayah Sinumbra. IPA Sinumbra direncanakan berkapasitas 450 L/detik pada tahap pertama yang dapat memberikan akses air bersih baru bagi 50% wilayah pelayanan di 3 kecamatan yang berada di Kabupaten Bandung. Sumber air baku dari IPA Sinumbra yaitu di mata air Situ Nyonya memiliki kualitas yang cukup baik pada musim kemarau, namun terdapat 5 parameter kualitas air menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492 tahun 2010 yang belum memenuhi standar baku mutu, yaitu koliform fekal, total koliform, arsen, timbal, dan kekeruhan. Rangkaian proses secara konvensional dipilih berdasarkan hasil analisis beberapa parameter yang tidak memenuhi standar baku mutu tersebut. Rangkaian proses pengolahan air secara konvensional meliputi unit screening, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Berdasarkan pertimbangan aspek konstruksi, efektivitas, kebutuhan lahan, operasional dan pemeliharaan, serta ekonomi, alternatif unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi yang terpilih menggunakan metode simple additive weighting (SAW) yaitu pencampuran hidrolis sebagai unit koagulasi, baffle channel horizontal flow sebagai unit flokulasi, dan bak persegi aliran horizontal dengan pelat sebagai unit sedimentasi