digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Rizki Rilda Aulia
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Merkuri banyak digunakan secara bebas dalam proses amalgamisasi pada pertambangan emas skala kecil (PESK), salah satunya berada di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Merkuri dapat mengalami transformasi sehingga dapat meningkatkan mobilitas dan sifat racunnya. Hal ini menjadi perhatian karena dapat menjadi potensi polusi pada permukaan tanah maupun air tanah dan penyerapan oleh tumbuhan serta bioakumulasi pada rantai makanan yang dapat meningkatkan resiko kesehatan. Pada penelitian pendahuluan dilakukan proses remediasi merkuri pada tanah menggunakan metode soil washing pada tanah yang memiliki kandungan clay rendah dengan menggunakan pelarut KI. Namun pada pengolahan menggunakan metode soil washing, air hasil pencucian membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum akhirnya dibuang. Pada studi ini, proses pencucian tanah terkontaminasi merkuri mendapatkan air hasil pencucian yang memilki konsentrasi melebihi baku mutu (1-3 ppm) sehingga perlu dilakukan pengolahan lanjutan yakni proses adsorpsi menggunakan adsorben GAC yang terimpregnasi Fe dan Ce. Berdasarkan KepMen LH No 202 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga, merkuri memiliki kadar maksimum sebesar 0,005 mg/L. Percobaan menunjukan bahwa adsorpsi sistem batch memiliki nilai kapasitas adsorpsi terbaik pada jenis adsorben GAC-Ce sebesar 0,087 mg/g dan konsentrasi merkuri mengalami penurunan hingga mencapai 0,443 ppm. Proses adsorpsi merkuri menggunakan GAC, GAC-Fe dan GAC-Ce lebih cocok dimodelkan dengan model isotherm Freundlich. Adsorpsi sistem kontinyu menggunakan kolom untuk mengetahui bagaimana pengaplikasian adsorpsi dilapangan, kurva breaktrough menunjukan adsorben mulai jenuh pada waktu ke 510 menit dan pada adsorpsi sistem kolom memiliki kapasitas adsorpsi sebesar 35,562 mg/g berdasarkan model Thomas.