Untuk tetap bertahan sebagai tujuan rekreasi dan berbelanja bagi masyarakat
urban, lifestyle center harus mempertimbangkan gaya hidup lokal agar menjadi
unik dan berbeda namun tetap nyaman dikunjungi oleh masyakarat kotanya.
Globalisasi berdampak pada terciptanya kemonotonan pada rancangan bangunan
dan program dalam pusat perbelanjaan di kota-kota di Indonesia. Budaya dan
gaya hidup masyarakat yang spesifik dapat digunakan dalam fasilitas lifestyle
center sebagai pembentuk suasana yang unik dan khas. Dalam tesis desain ini,
kajian literatur dilakukan untuk mendapat kriteria perancangan dari masingmasing
topik. Kajian dilakukan untuk tipologi lifestyle center, gaya hidup urban
Bandung serta konteks dan analisis tapak. Gaya hidup urban masyarakat Bandung
ditentukan lewat fenomena yang dapat ditemukan yang memiliki sejarah serupa
yang pernah terjadi sebelumnya dan dijelaskan dalam tiga gaya hidup: gaya hidup
‘nongkrong’, gaya hidup ‘eksis’ dan gaya hidup kreatif yang satu sama lain saling
terkait. Ketiga gaya hidup masyarakat kota Bandung diinterpretasikan ke dalam
bentuk aktivitas dan program dalam fasilitas lifestyle center sedangkan konteks
dari tapak mempengaruhi citra visual bangunan. Lokasi perancangan mengambil
kota Bandung yang merupakan salah satu kota berkembang di Indonesia namun
gaya hidup spesifik ditemukan dalam masyarakat kotanya. Tepatnya perancangan
berlokasi di Jalan Asia-Afrika bersebelahan dengan Alun-Alun Bandung.
Perancangan pada lokasi ini bertujuan agar pengunjung dapat dengan mudah
mengenali bangunan serta aktivitas yang terjadi di dalamnya sebagai bagian dari
identitas kota Bandung.