Tempuyung (Sonchus arvensis Linn.), rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.), dan binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) merupakan tanaman obat yang sering digunakan dalam pengobatan
tradisional untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Ketiga tanaman tersebut banyak
mengandung metabolit sekunder yang berpotensi sebagai penghambat aktivitas enzim xantin
oksidase. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan IC50 dari masing-masing ekstrak tempuyung,
rosela, binahong dan kombinasi ekstrak dengan perbandingan 1:1 dari ketiga tanaman tersebut
serta mengetahui sifat dari kombinasi tersebut. Dalam penelitian ini, dilakukan penapisan fitokimia
terhadap ekstrak air daun tempuyung (T), kaliks rosela (R), dan daun binahong (B) serta dilakukan
uji penghambatan xantin oksidase secara in vitro dari ekstrak tunggal dan kombinasi ekstrak dengan
perbandingan 1:1 dari ketiga tanaman tersebut serta menggunakan allopurinol sebagai
pembanding. Penapisan fitokimia ekstrak T menunjukkan adanya senyawa alkaloid,
steroid/triterpenoid, flavonoid, tanin, dan saponin sedangkan pada ekstrak R terdapat
steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, dan kuinon. Berbeda dengan ekstrak B yang hanya
memiliki steroid/triterpenoid, flavonoid, dan saponin. Nilai IC50 pada ekstrak T, R, dan B secara
berturut-turut adalah 1165,05; 3122,73; dan 3158,24 µg/mL. Ekstrak T memiliki aktivitas
penghambatan terhadap xantin oksidase lebih baik daripada ekstrak R dan B, namun aktivitasnya
tetap lebih rendah dibandingkan allopurinol dengan nilai IC50 0,97 µg/mL. Kombinasi ekstrak T-R, T-
B, dan R-B menunjukkan adanya efek anti pirai tetapi kombinasi yang paling baik adalah kombinasi
ekstrak T-R dengan nilai IC50 1805,46 µg/mL. Kombinasi ekstrak T-R dan T-B kemungkinan
memberikan efek aditif sedangkan kombinasi ekstrak R-B diduga memberikan efek sinergis.