digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nabilah Kushaflyki
Terbatas Garnida Hikmah Kusumawardana
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Timbulan sampah Kota Cimahi saat ini 279,4 ton/hari dan jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Cimahi. Komposisi sampah Kota Cimahi didominasi oleh sampah organik sebesar 49% dan sampah anorganik sebesar 41%, sisanya merupakan sampah B3 dan residu. Pola pengelolaan sampah yang salah mengakibatkan banyak masalah dalam prosesnya, salah satu dianataranya ialah longsornya TPA Leuwigajah pada tahun 2005 silam. Penggunaan konsep kumpul-angkut-buang tanpa diikuti dengan minimasi sampah merupakan salah satu penyebabnya. Saat ini Kota Cimahi menggunakna TPA sementara, TPA Satimukti yang sudah mendekati masa pakainya. Pembuangan akhir akan direncanakan ke TPA Legoknangka yang jaraknya dua kali lipat dari TPA Sarimukti dan biaya tipping fee yang hampir empat kali lipat lebih mahal. Untuk mendukung Program Cimahi Zero Waste City 2037 dan Kebijakan Strategi Sampah Nasional (Jakstranas), perlu dilakukan minimasi sampah dari sumber, pada kasus ini ialah minimasi berat dan volume. Besarnya persentase sampah anorganik Kota Cimahi mengindikasikan besarnya pula peluang untuk melakukan daur ulang sampah. Material Recovery Facilities (MRF) direncanakan akan mengolah sampah anorganik Kota Cimahi dengan kapasitas 65 ton/hari yang kemudian akan dijadikan produk setengah jadi dan dijual ke pabrik yang membutuhkan. Pemilahan pada MRF dilakukan secara mekanis dengan alat-alat yang digunakan untuk pemilahan ialah conveyor belt, drum feeder, magnetic separator tipe pulley magnetic, eddy current separator, air classifier, glass crusher, dan horizontal baler. Sampah anorganik yang direncanakan akan dipilah adalah kertas warna, karton, HVS, kardus, dupleks, logam, non-logam, plastik PET, plastik PP, HDPE, dan gelas. Untuk sampah residu dan kontaminan untuk MRF, akan dikirim ke SPA lalu diangkut ke TPA.