Pembangunan perkotaan secara mendasar mengubah lanskap biofisik yang sudah ada sebelumnya sehingga sebuah kota menciptakan iklimnya sendiri. Terjadi perubahan iklim mikro di kawasan perkotaan yang terbentuk secara tidak disengaja akibat dari aktivitas manusia dalam melakukan modifikasi pada permukaan lahan. Fenomena Surface Urban Heat Island sebagai salah bentuk fenomena iklim perkotaan mengindikasikan terjadinya penurunan kualitas iklim lingkungan perkotaan, daerah pusat kota atau pada wilayah yang didominasi oleh kawasan terbangun kepadatan tinggi cenderung memiliki suhu permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah perdesaan atau wilayah pinggiran kota yang karakteristik permukaan lahannya relatif masih dominan area tidak terbangun bervegetasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara pengaruh perkembangan kawasan terbangun dan dampaknya terhadap suhu permukaan yang dapat menjadi pemicu terbentuknya fenomena Surface Urban Heat Island di Kota Bandung, serta menjelaskan bentuk respon mitigatif yang dapat mereduksi dampaknya. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode campuran sekuensial. Metode kuantitatif hasil analisis spasial dengan memanfaatkan citra satelit Landsat dilakukan pada tahap pertama untuk mengidentifikasi distribusi spasial suhu permukaan lahan, perkembangan kawasan terbangun dan fenomena Surface Urban Heat Island di Kota Bandung. Hasil analisis pada tahap pertama menunjukkan bahwa kawasan terbangun memiliki korelasi positif terhadap peningkatan suhu permukaan, dan fenomena Surface Urban Heat Island telah teridentifikasi di Kota Bandung dengan intensitas maksimum mencapai 5.11°C yang terjadi antara kawasan terbangun kepadatan tinggi di sekitar pusat kota dengan kawasan pinggiran utara Kota Bandung. Pada tahap kedua dijelaskan secara kualitatif hubungan sebab akibat dan respon mitigatif terkait fenomena Surface Urban Heat Island, yang terbentuk sebagai dampak dari perkembangan kawasan terbangun menggunakan kerangka DPSIR (Driving Forces/Drivers, Pressures, States, Impacts, Responses) berdasarkan hasil analisis tahap pertama.
Hasil studi menunjukkan bahwa perkembangan kawasan terbangun merupakan suatu bentuk pressure terhadap lingkungan perkotaan, yang mengakibatkan terjadinya peningkatan pada suhu permukaan lahan di kawasan perkotaan dan menjadi suatu bentuk pemicu terbentuknya fenomena Surface Urban Heat Island. Implementasi ketentuan terkait penyediaan Ruang Terbuka Hijau, Intensitas Pemanfaatan Ruang, Intensitas Bangunan, Tata Bangunan, penyediaan Ruang Terbuka Hijau Pekarangan (RTHP) dan Daerah Hijau Bangunan (DHB) serta pemenuhan standar terkait Green building pada bangunan gedung dan Green neighborhood pada kawasan, menjadi suatu bentuk respon pengurangan dampak peningkatan suhu permukaan dan fenomena Surface Urban Heat Island.
Perpustakaan Digital ITB